Dilain waktu, saat kami sudah bersiap siap  akan ke gereja menghadiri Misa pada hari Minggu. Begitu pintu garase kendaraan ditutup, tetiba salah seorang tetangga datang berlari lari dan minta tolong membawakan putranya yang terluka kena. Kami antarkan kerumah sakit walaupun hari itu kami batal ke gereja. Karena bagi kami, ke gereja itu penting tapi menolong orang yang dalam kondisi emergercy jauh lebih penting. Mengenai apakah saya berdosa atau tidak, semuanya saya serahkan kepada Tuhan
Kami Pamitan Berangkat.,Semua Tetangga Memeluk Kami Sambil Menangis
Tahun 1990, kami memutuskan untuk pindah ke Jakarta karena ketiga anak kami sudah tidak lagi tinggal di Padang. Kami pamitan dengan tetangga dan semuanya memeluk kami erat erat sambil menangis. Bukan hanya sekedar meneteskan air mata, tapi menanggis seakan kami berdua adalah keluarga mereka sendiri.
Tulisan ini bukan pamer diri bukan juga pencitraan karena kami bukan pejabat, sehingga tidak butuh semua yang namanya pencitraan. Semuanya saya tulis sejujurnya untuk memberikan gambaran, bahwa seumur hidup termasuk tinggal di Australia semua tetangga sangat menyayangi kami.Â
Sehingga tidak ada yang dapat diceritakan tentang keusilan tetangga kami, selain dari kebaikan dan kepedulian mereka terhadap kami sekeluarga
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H