Bila Mendidik Anak Dengan Gaya Indoktrinasi
Banyak orang yang menyangka bahwa tindakan radikal yang berakhir dengan tindakan bunuh diri,semata mata disebabkan karena telah terjadinya semacam Brain Washing atau cuci otak .Padahal bahasa radikal bisa saya berawal tumbuh dari dalam keluarga sendiri. Salah satu penyebabnya adalah cara mendidik anak dengan gaya Indoktrinasi. "Pokoknya Tidak Boleh" atau "Pokoknya harus begini!"
Tidak jarang kita mendengarkan anak anak dimarahin orang tuanya,hanya karena ikut dalam acara keluarga di rumah temannya yang tidak seiman.
"Kamu darimana saja tadi, kog pulang sudah jam segini?" tanya seorang ayah kepada putranya yang masih duduk di bangku sekolah SD.
"Oya ,tadi kami diajak bu guru untuk mengucapkan belangsungkawa,karena ayah dari teman sekelas meninggal akibat kecelakaan. Kami naik bis sekolah ayah "
"Ayahnya siapa?" tanya ayahnya lagi
"Ayah si Anu " jawab putranya
Dan langsung ayahnya marah dan berkata,
" Mereka itu tidak seiman dengan kita Lain kali jangan ikut mengerti?"
"Tapi ayah, kami disana berdoa menurut iman masing masing," jawab anak
"Pokoknya lain kali jangan lakukan lagi. Jangan pernah berkunjung kerumah orang yang tidak seiman dengan kita, mengerti?!" bentak sang ayah
Gaya mendidik anak dengan cara Indoktrinasi ini bukan hanya semata dapat dilakukan oleh seorang ayah, tapi kesalahan ini dapat juga dilakukan oleh seorang ibu. Orang tua yang seharusnya memberikan pendidikan yang baik terhadap anak anak mereka, justru telah menanamkan bibit radikilisme dalam diri anak anak mereka dengan mendidik gaya indoktrinasi.
Bibit Radikalisme Sudah Ditanam
Apa yang diucapkan oleh orang yang sangat disayangi dan dihargainya, yakni ayah kandungnya sendiri, tentu saja mendapatkan tempat khusus dalam hati anak ini. Dan sejak saat itu, bibit radikalisme  sudah tumbuh dalam dirinya bahwa dirinya tidak boleh bergaul bahkan berkunjung kerumah teman yang tidak seiman.Â
Dan seperti halnya sebuah bibit yang sudah tumbuh, hanya membutuhkan "siraman rohani" dari pakar radikalisme untuk tumbuh dan berbuah menghasilkan sosok teroris yang siap melakukan apapun, demi "kebenaran" yang ditanamkan dalam dirinya semenjak masih kecil, yakni:"hanya orang seiman" yang layak hidup.
Mustahil Mengubah Dunia Hanya Dengan Slogan:"Brantas Radikalisme!"
Sebelum melangkah untuk mengubah dunia, mulailah dengan mengubah diri sendiri dan keluarga. Hal ini telah kami terapkan sejak anak anak masih kecil. Rumah kami di Wisma Indah I, selalu mengadakan "Open House" setiap tahun 3 kali, yakni pada hari raya:
- Natal
- ImlekÂ
- Idul Fitri
Padahal kami bukan pejabat dan bukan tokoh masyarakat. Tapi kami berusaha sejak sedini mungkin mendidik anak-anak kami bahwa kita itu memang berbeda, tapi kita boleh bergaul dengan siapa saja. Hingga saat ini, ketiga anak kami sudah terbiasa bergaul dengan suku apa saja, tanpa membedakan  orang berdasarkan keimanannya. Nama putra pertama kami: Irmansyah Effendi, Putra kedua adalah Irwan Effendi dan putri kami adalah Irvianty Effendi. Silakan di- crosscheck untuk memastikan siapa saja teman-teman mereka.
Dan jangan lupa crosscheck siapa  saja teman teman kami berdua.
Renungan di pagi hari menjelang siang.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H