Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel Kehidupan (Bagian ke-8)

11 Maret 2021   18:23 Diperbarui: 11 Maret 2021   19:16 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ket.foto: disinilah dulu kami tinggal selama bertahun tahun/dokumentasi  pribadi

Pinjam Uang Dengan Bunga 30 % Per Bulan

Gagal mendapatkan pinjaman dari Om John, Edy malahan mendapatkan petuah yang tidak akan pernah dilupakan seumur hidupnya. Petuah itu berbunyi "Makanya kalau belum mampu, jangan buru buru kawin. Yang menderita bukan cuma Lu, tapi juga anak isteri "  Edy pulang dengan perasaan galau .

Setibanya di kedai yang merangkap tempat tinggal mereka, tampak isterinya sudah menunggu dipintu masuk. Sebelum isterinya sempat bertanya, Edy sudah menggelengkan kepala dan berkata lirih "Kita tidak dapat pinjaman dari Om John" Cuma itu, karena ia tidak ingin hati isterinya ikut terluka bila ia menceritakan petuah dari Om John tadi.

"Sayang, bagaimana kalau kita pinjam kepada Ncim yang tinggal di Jalan Rohana Kudus? Cucunya kan les  pada saya mungkin ia mau meminjamkan " saran isterinya kepada Edy. "Yuk, kalau begitu kita berangkat sekarang. Agar kalau dapat pinjaman, anak kita bisa dibawa langsung ke dokter " kata Edy kepada isterinya Leni.

Dengan mengendong putranya yang lagi demam tinggi, mereka berjalan kaki menuju ke jalan raya untuk dapat naik bendi. Karena kondisi putranya tidak memungkinkan untuk dibonceng dengan sepeda.  

Perjalanan terasa sangat panjang untuk dapat sampai ke rumah si Encim di Jalan Rohana Kudus di kota Padang. Setibanya disana, setelah membayar ongkos bendi mereka turun dan masuk kepintu pagar si Encim yang memang terbuka. Syukurlah mereka disambut langsung oleh Si Encim.

Kaget Mendengarkan Angka 30 Persen

Karena kondisi terdesak, maka tanpa basa basi panjang lebar Leni langsung mengutarakan maksud kedatangannya yakni meminjam uang untuk biaya berobat anak mereka. Dan dengan kalem si Encim  menjawab "Boleh, tapi bunganya 30 persen sebulan" Mendengar hal ini Leni terpana dan memandang suaminya. 

Edy mencoba menawar dengan sopan "Maaf ya Encim, kami butuh uang untuk biaya berobat anak kami bukan untuk urusan bisnis. kalau boleh 20 persen saja perbulan gimana Encim?"

"Oh nggak bisa, Ncim dapat belanja dari sana.  Kalau tidak setuju tidak apa apa. " Kata si Encim tetap kalem. tapi bagi mereka bagaikan sebuah hantaman kedada mereka. 

Edy memandang wajah isterinya. Ia melihat sinar mata isterinya penuh harap agar uang tersebut bisa diperoleh, agar mereka segera bisa membawa anak mereka Mardi ke dokter. Maka tanpa perlu berunding Edy sudah dapat membaca isi hati isterinya dan langsung bilang ke si Encim "Baiklah Ncim, kami pinjam paling lama 2 bulan ya"

Membawa Anak Ke Dokter

Si Encim tidak perlu masuk kedalam rumahnya karena rupanya di "uncang uncang" yakni kain tempat menyimpan uang bagi wanita tempo dulu yang sekaligus berfungsi sebagai ikat pinggang. Langsung dikeluarkan dan  Edy menanda tangani Surat Utang dengan bunga 30 persen perbulan.

Pasangan suami isteri ini lega, mereka melupakan masalah bunga 30 persen yang penting putra mereka bisa langsung dibawa ke dokter sore hari itu juga. 

Dokter anak yang paling dekat disana pada waktu itu adalah Dokter Syamsir Daily, dimana mereka sudah pernah membawa anak mereka berobat sebelumnya. Setelah diperiksa dengan teliti, maka dokter mengatakan harus diinjeksi agar demamnya turun.

Tentu saja keduanya setuju. Setelah selesai di suntik,dokter Syamsir Daily duduk untuk menulis resep obat dan kemudian menyerahkan resep  tersebut kepada Edy dan berkata "Langsung beli di apotek dan malam kasih minum anaknya ya" Edy membayar biaya dokter, tapi ia masih berdiri disana . Dokter yang melihatnya agak heran dan bertanya "Ada apa?"

Edy terdiam dan dengan nada tertahan mengatakan " Maaf dokter, uang kami hanya tersisa untuk naik bendi pulang kerumah.Tidak cukup uang untuk beli obat"

Dokter Syamsir Dailly memandangi wajah Edy dan kemudian berkata "Baik tunggu sebentar ya" Ia masuk kedalam rumah dan beberapa menit kemudian keluar dengan membawa bungkusan obat. "Ini obat saya kasih,nggak usah dibayar ya" Dengan hati yang sangat terharu berkali kali Edy dan Leni isterinya mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati dokter specialist anak tersebut.

Dengan menumpang bendi,mereka kembali ketempat tinggal (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun