Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pelajaran Berharga bagi yang Hobi Buang Makanan

7 Maret 2021   05:23 Diperbarui: 16 Maret 2021   00:59 3588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via 6parknews.com

Ada Yang Sengaja Tinggalkan Sebagian Makanan di Piring Karena Gengsi

Bagi yang sudah pernah merasakan hidup dalam kekurangan,maka tidak perlu lagi dinasihati agar jangan buang buang makanan. 

Karena pelajaran yang diperolehnya dari University of life,tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup.Salah seorang diantaranya adalah yang menulis artikel ini.  

Tapi bagi anak anak yang terlahir dari keluarga berada ,apalagi bagi para OKM ( Orang Kaya Mendadak) menyisakan sebagian dari makanan dipiringnya ,bukan karena makanan tersebut tidak disukai,melainkan demi gengsi. 

Saya pernah menanyakan secara langsung,kepada beberapa orang anak muda,mengapa mereka menyisakan makanan di piring untuk dibuang? 

Apakah karena masakannya tidak enak ? Tapi jawabannya sungguh mengejutkan,yakni :"Heheh bukan Om, gengsi dong, Kalau sampai dihabisin sampai piringnya bersih,ntar dianggap kita kita ini tidak pernah coba masakan mahal" 

Saya hanya bisa geleng geleng kepala dan tidak berhak untuk melarang ,karena bukan anggota keluarga kami.

Ilustrasi makanan sisa: buzzfeed.co.id
Ilustrasi makanan sisa: buzzfeed.co.id
Alasan Lain:" Kita sudah bayar mahal"

Mengenai gaya restoran dengan :"All you can eat" kita semua sudah pernah mendengar,bahkan mungkin sudah banyak yang menikmati gaya :"Apa saja boleh dimakan " 

Di Indonesia cukup banyak restoran yang menawarkan gaya all you can eat ini. Seingat saya ,dulu setiap pengunjung bayar masing masing Rp.150.000  dan boleh makan dan minum sepuas puasnya. 

Kalau di Australia setiap pengunjung bayar secara bervariasi antara 50 hingga 75 dolar perorang,yang kalau dinilai dalam rupiah sekitar 500 hingga 750 ribu perkepala. 

Nah,karena merasa sudah bayar mahal,sebagian orang mengambil makanan sebanyak banyaknya dan kemudian baru makan setengah ,yang sisanya dibuang, Alasanya :"Saya sudah bayar mahal" Tapi belakangan ini,restoran sudah menerapkan aturan,bagi yang membuang sisa makanan,diwajiibkan membayar sejumlah uang.

Ilustrasi via hipwee.com
Ilustrasi via hipwee.com
Kembali ke Judul

Saya baru saja membaca tulisan dari pak Ronny Rachman Noor yang menulis bahwa "23 juta truk dengan prediksi setiap truk memuat 40 ton sampah makanan,terbuang sia sia setiap tahun" (terima kasih pak Roony)

Rasanya gimana tuh .Walaupun secara finansial sama sekali tidak ada hubungan dengan harta milik kita,tapi secara moral kita semua ikut perihatin.

Saya sudah sering mendengarkan kisah kehidupan langsung dari para immigran dari berbagai negara,bahwa ada "daur ulang sisa makanan" Salah seorang teman saya yang bernama Pedro asal dari pinggiran kota Manila menceritakan bahwa di negerinya ada makanan olahan dari sisa sisa makanan yang dibuang,yang bernama PAG PAG.

Jadi seluruh sisa makanan dari berbagai restoran,terutama restoran Chines Food ,dikumpulan dalam keranjang dan kemudian dibawa pulang. 

Ilustrasi via 6parknews.com
Ilustrasi via 6parknews.com
Dibersihkan dan kemudian dimasak lagi dan menjadi konsumsi bagi orang orang yang hidup dalam kekurangan. Bagi mereka bisa mendapatkan makanan murah dan enak,sudah sangat senang, Mengenai apakah makanan tersebut sehat atau tidak,sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka. Saya tahu persis bagimana perasaan mereka,karena sudah pernah mengalaminya semasa dulu

Ilustrasi: https://www.kaskus.co.id

Kisah nyata hidup mereka ini,ternyata diperkuat oleh berita yang disiarkan oleh :

Bukan kisah baru, tapi tidak ada pelajaran hidup yang basi,bahwa sisa makanan yang mungkin kita anggap tidak berharga,diluar sana ada jutaan orang yang mendambakan,akan dapat mencicipinya .Tulisan ini khusus  dipersembahkan bagi kaum mileneal yang mungkin belum pernah merasakan hidup dalam kemiskinan. 

Dan sebagai salah seorang yang lahir di era dai nippon,saya merasa termotivasi untuk menuliskan kisah ini dengan harapan akan dapat menggugah hati orang ,agar jangan pernah buang buang makanan. Kalau punya kelebihan,bagikanlah kepada orang yang tidak mampu

Hanya sebuah renungan di hari Minggu pagi

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun