Angpau dan Pernak Perniknya
Tempo dulu istiah "angpau" hanya dikenal secara khusus di lingkungan warga keturunan Tionghoa, tapi kini angpau sudah menjadi istilah yang umum digunakan dalam urusan yang berkaitan dengan uang yang ada hubungan dengan hari raya. .Angpau disematkan pada uang yang diberikan maupun diterima dalam hubungannya dengan hari raya. Jadi tidak lagi semata dalam konteks hari raya Imlek yang biasa dirayakan sebagai tradisi keturunan Tionghoa.Â
Sebagai orang yang dilahirkan dikota Padang,sejak kecil kami berbicara dalam keluarga dalam bahasa Padang. Pengetahuan tentang pernak pernik leluhur dan tradisi Imlek,sangat minim. Berbeda dengan saudara saudara keturunan Tionghoa yang dilahirkan di Riau dan Medan.yang rata rata masih fasih berbahasa Mandarin . Minimal mampu berbahasa Hokkien atau Khek . Sejujurnya,kalau saya hanya bisa bilang :"Kamsia" Â Hal ini ditambah lagi dengan kedua orang tua kami ,juga tidak mengerti sama sekali bahasa Mandarin. Karena orang tua kami sekolah di Madrasah.di kampung. Bahkan hampir seluruh catatan dibuat dalam tulisan Arab,yang saya tidak paham
Tulisan ini juga hanya berdasarkan pengalaman hidup karena terlahir dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat Tionghoa di kota Padang. Boleh jadi  pemahaman ini berbeda dengan warga keturunan Tionghoa yang lahir  di Riau dan Medan,serta di Pontianak dan Singkawang  Karena pemahaman saudara kita yang lahir di 3 lokasi tersebut ,jauh lebih mendalam tentang sejarah AngpauÂ
Sesuai dengan istilahnya, maka angpau selalu diberikan  dalam bentuk amplop atau bungkusan uang dalam kertas berwarna merah cerah. Merah melambangkan keceriaan dan kegembiraan hati serta harapan. Jadi kalau mau memberikan uang duka kepada keluarga yang meninggal, jangan pernah menggunakan amplop warna merah, karena akan membuat orang bingung. Sebab untuk uang duka diberikan dalam amplop putih yang disebut sebagai "phakpau".
Pemberian Angpau merupakan ajaran kasih bagi anak-anak secara alami. Sejak masih kecil mereka sudah menerima "angpau" yang tentu menghadirkan rasa sukacita dalam diri mereka. Setiap tahun ritual ini akan tumbuh dan berkembang dalam diri mereka, sehingga kelak setelah dewasa mereka sudah terdidik untuk mengaplikasikan hidup berbagi kepada orang lain yang tingkatnya lebih rendah, dalam pengertian baik lebih muda dalam usia, maupun dalam tatanan garis keturunan keluarga. Bila keuangan memadai boleh juga memberikan kepada orang yang  usianya jauh lebih tua  Saya dan istri setiap tahun, hingga kini, masih menerima angpau dari anak-anak kami sebagai sebuah rasa kasih sayang.
Catatan tambahan: Tulisan ini bersifat pribadi dan tidak mewakili golongan manapun.Jadi seandainya terdapat kesalahan dalam mengartikan makna:"Angpau" maka hal tersebut adalah kesalahan saya pribadi .Seperti yang sudah dijelaskan diawal,saya lahir di kota Padang dan isteri lahir di Solok.Sejak kecil hingga kini,dirumah kami berkomunikasi dalam bahasa Padang,bukan dalam bahasa Mandarin.Hal ini bukan dikarenakan saya berjiwa nasional ,tapi memang karena tidak bisa berbahasa Mandarin.Â
Semua gambar pendukung adalah dokumentasi pribadi
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H