Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mimpi Buruk Itu Datang Lagi

24 Oktober 2020   05:06 Diperbarui: 24 Oktober 2020   07:03 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam Yang Mencengkam

Sejak sore tadi hujan lebat dan disertai bunyi guntur yang seakan merontokan dinding kedai merangkap tempat tinggal kami tiga beranak. Air selokan sudah mulai mengenangi seluruh ruangan ,sehingga tidak ada lagi tersisa tempat bagi kami .

Saya gendong putra kami yang baru satu orang dan belum genap berusia 4 tahun. Tubuhnya gemetaran menahan dingin dan lapar. Saya naik keatas meja ,diikuti isteri saya .Ternyata hanya selang beberapa saat genangan air sudah hampir mencapai bibir meja. 

Satu satunya jalan adalah memanjat ke atas loteng,yang sesungguhnya sangat riskan,karena sudah lapuk. Tapi tidak ada jalan lain. Resiko harus diambil. Dengan menggunakan kursi reyot sebagai tangga,saya yang pertama bergayutan didinding dan berhasil menggapai loteng

 Isteri saya mengangat tubuh putera kami yang kurus pucat setinggi mungkin,agar saya bisa meraihnya. Syukur saya bisa meraihnya  dan mendudukannya disamping saya.Kini tiba giliran isteri saya harus naik. 

Saya turun kembali kebawah dan minta agar isteri saya naik keatas kursi dan kemudian naik keatas bahu saya ,agar dapat menggapai loteng. Dengan susah payah,akhirnya  kami bertiga sudah berada di atas loteng yang gelap gulita . Karena aliran listerik sudah sejak lama diputus PLN karena tidak mampu membayar tunggakan. 

ket.foto: dulu kami tinggal disini/dokpri
ket.foto: dulu kami tinggal disini/dokpri
Mama Lapar Ma.....

Dalam pelukan ibunya ,putra kami dengan suara memelas berkata:" mama .lapar ma " Dan saya tidak mampu membendung air mata  .Ada rasa bersalah mendalam pada diri saya. mengapa saya tidak mampu merawat anak dan isteri saya? 

"Ya Tuhan, izinkanlah saya sendiri yang menanggung beban hidup ini. Tolonglah ya Tuhan,jangan biarkan anak isteri saja ikut menderita .." pinta saya dengan meratap...

Tetiba terasa tubuh saya digoyang goyang dan suara isteri saya terdengar :" Koko ,mengapa menangis? mimpi buruk lagi yaa" Dan saya terbangun. Bersyukur bahwa mimpi buruk itu sudah berlalu sejak  50 tahun lalu ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun