Masih melanjutkan kisah pak Muchtar, cucunya sudah mencoba mendaftar di salah satu SMP yang terkenal di Jakarta dengan ditemani ayahnya. Ternyata jawaban yang diterima adalah "Hanya menerima siswa dengan rata-rata angkanya bernilai A". Maka cucu pak Muchtar bersama ayahnya pulang dengan sedih karena cucu pak Muchtar yang bernama Joni, nilai rata-ratanya hanya C.
Mencoba Lagi Sekolah lain
Ada SMP lain yang cukup terkenal Dan sama sekali tidak peduli dengan angka rapor Joni, asal mau membayar uang pembangunan senilai 20 juta rupiah. Nah, dari mana dapat uang sebanyak itu? Maka kembali niat untuk pindah sekolah tertunda. Mencoba mendatangi SMP lainnya. Â
Ternyata ada SMP yang mau menerima, asal bersedia mengulangi di kelas 1 SMP karena seluruh pelajaran dalam bahasa Inggris. Dan hal ini, masih belum berbicara mengenai uang pembangunan.
Hingga saat ini, setahun lebih sudah berlalu, dan cucu pak Muchtar yang bernama Joni masih belum mendapatkan sekolah yang sesuai dengan seleranya. Ada SMP yang sangat disenanginya, tapi syarat masuk selain dari angka rapor yang rata-rata A, juga uang pembangunan yang tidak terjangkau oleh kantong orang tuanya.
Ini baru cerita tentang pindah sekolah, apalagi mau pindah kewarganegaraan. Bayangkan untuk masuk saya perlu Visa yang berbelit-belit, jangankan mau tinggal menetap di negeri orang.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H