Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Suara Ratapan Wanita di Surga

7 September 2020   20:30 Diperbarui: 7 September 2020   20:27 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: picuki.com

Pertanyaan Yang Belum Ditemukan Jawabannya Sejak 40 Tahun Lalu

Sesungguhnya tulisan ini bukan sebuah imaginasi. Tapi sengaja saya masukan di kanal Cerpen untuk menghindari jangan sampai ada yang keliru mengiterpresasikan .

Dengan mengambil tempat di kanal Cerpen, maka tulisan ini menjadi ringan tanpa beban . Seperti yang sudah pernah saya tuliskan beberapa waktu lalu, saya sudah beberapa kali berada dalam kondisi koma akibat kecelakaan. 

Pernah saya menengok diri saya sendiri terbaring di tempat tidur dan dikelilingi oleh seluruh anggota keluarga, termasuk kedua orang tua saya dan nenek  kami yang pada waktu itu masih berada bersama kami. 

Dilain waktu, saya merasa sudah berada di dalam taman yang amat indah. Dan ada tulisan "Selamat datang di Surga". Tubuh saya serasa sangat ringan dan melayang. 

Musik yang amat indah dan taman yang luar biasa memukau,sungguh sungguh menghadirkan rasa suka cita yang luar biasa. Tak ada lagi rasa sakit yang mendera,bahkan saya mampu berlari lari mengelilingi taman yang begitu indah. 

Ada Suara Ratapan Seorang Wanita

Tetiba,sedang asyiknya saya menikmati pemandangan yang indah dan mendengarkan musik lembut ,ada suara ratapan wanita. Saya tidak percaya bahwa di surga ada orang yang sedih.

Karena sejak dari SD saya sudah ribuan kali mendengarkan kisah bahwa "Di surga orang berbahagia selama lamanya" Saking ingin memastikan,maka saya datangi suara tangisan tersebut dan ternyata ... astaga...benar .

seorang wanita sedang meratap sedih dan menujuk nunjuk kebumi.. Saya datang mendekat dan bertanya:" Maaf,mengapa menangis bu? bukankah di surga semuanya serba indah dan tidak ada lagi rasa sakit?"

Wanita tersebut diam sesaat dan kemudian menunjuk kearah sesuatu dan berkata "Coba anda tengok, tuh yang lagi terbaring sakit itu,suami saya. dan itu kedua anak saya ,belum makan,karena tidak ada siapa siapa dirumah. 

Wanita semacam apa saya ini,bila menyaksikan suami tergolek sakit  anak anak belum makan, bisa  bersenang senang di surga?" Saya sudah mohon kepada Malaikat penjaga pintu surga,agar diizinkan untuk kembali kedunia. 

Saya lebih suka hidup menderita asal bisa berada disamping suami dan anak anak kami. Tapi Malaikat tidak mengizinkan. Coba anda bayangkan ,betapa hancurnya hati saya" ratap wanita tersebut semakin sedih.

Halusinasi  atau Khayalan ?

Sebelum saya sempat menjawab,tiba tiba kepala saya terasa sakit luar biasa .Dan ketika membuka mata,ternyata saya terbaring diruang operasi di Rumah Sakit Mount Elisabeth, Singapore,setelah mengalami operasi untuk ke 4 kalinya. 

Tubuh saja terasa kaku,bahkan mulut serasa terkancing.Tapi pikiran saya masih waras. Mata saya mencari cari seseorang ,yakni belahan jiwa saja. Syukur dalam hitungan detik, isteri saya datang mendekat dan mencium kening saya,sambil berbisik:" Sudah sadar ya sayang dan sebutir air mata membasahi wajah saya...

Hingga saat ini,saya sungguh belum menemukan jawaban atas penampakan tersebut diatas. Apakah benar di surga orang juga menangis menyaksikan orang yang dicintainya hidup menderita ? 

Seperti kata wanita tersebut:"Wanita semacam apa saya ini,bila menyaksikan suami tercinta terbaring sakit dan anak akan kelaparan,malahan menikmati taman di surga?"

Mungkin ada yang dapat membantu menjawab?
Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun