ket.foto: di aula tvri Medan ../dok .pri
Dengan membuka hati untuk menerima perbedaan maka dengan mudah kita akan diterima oleh semua kalangan. Saya dan istri sudah membuktikan hal ini  dalam perjalanan hidup kami.Â
Semua orang tahu bahwa nenek moyang kami berasal dari negeri China  dan kami beragama Katolik. Tetapi kami membuktikan,bahwa kami di terima dikampung halaman kami di Sumatera Barat yang penduduknya 97 persen adalah Muslim.Â
Kami juga diterima di Aceh bukan hanya dengan tangan terbuka, tapi dengan hati terbuka. Bahkan kami diundang makan dirumah penduduk. Â Begitu juga di Mataram yang mayoritas Muslim, kami makan bersama teman teman disana disalah satu rumah mereka.Â
ket.foto: ini bukan sekedar selfie,tapi memang kami bersahabat dengan kawan kawan di Bandung./dok.pri
Hingga kini, bila kami sesekali pulang kampung disambut dengan sangat antusias oleh sahabat sahabat kami., karena jalinan  persahabatan kami tidak didasarkan oleh kepentingan sesaat. Karena bilamana persahabatan terjalin berdasarkan keuntungan materi, maka bila suatu waktu tidak lagi saling menguntungkan maka persahabatan akan berakhir
ket,foto di Biak./dok.pri
Punya sahabat dimana saja kita berkunjung,sungguh merupakan sebuah kebahagiaan tak ternilai. Salah satu impian kami bila tahun depan ada kesempatan pulang ke tanah air, bisa bertemu dengan semua teman teman di Kompasiana. Baik yang sudah pernah kopdar, maupun yang belum. Semoga impian ini akan menjadi kenyataan
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Humaniora Selengkapnya