Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perbedaan Bukanlah Halangan untuk Menjadi Sahabat

21 Juli 2020   19:24 Diperbarui: 21 Juli 2020   19:23 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto: di Purwokerto ,kami mulai bersahabat sejak 19 tahun lalu dan hingga kini tidak terputus/dok.pri

Asal Saja Kita mau Membuka Pintu Hati 

Kalau kita menyaksikan beragam kehidupan yang sedang berlangsung di sekeliling kita, maka salah satu diantaranya yang menarik perhatian adalah betapa sekawanan burung, hanya  mau berada bersama sama dengan burung sejenisnya. 

Bahkan hal ini masih dipilah lagi, bukan hanya sejenis tapi juga yang warna bulunya  sama. Misalnya burung yang bulunya berwarna putih, hanya mau hidup bersama dengan kelompok burung yang berwarna putih. 

Mungkin nalurinya, mengisyaratkan bahwa hanya bila mereka berada berkelompok,maka akan aman dari predator. Inipun hanya sebuah prediksi yang kalau mau dibuktikan,butuh penelitian yang lebih specifik,karena kita tidak mengerti bahasa burung. 

ket.foto : di Mataram, persahabatan kami sudah berlangsung sejak 20 tahun lalu dan masih awet hingga kini./dokpri
ket.foto : di Mataram, persahabatan kami sudah berlangsung sejak 20 tahun lalu dan masih awet hingga kini./dokpri
Manusia Memiliki Akal Budi

Menyamakan manusia dengan kawanan burung,tentu saja merupakan hal yang sangat naif dan merupakan pelecehan terhadap martabat manusia yang konon merupakan makluk ciptaan Tuhan yang tertinggi dari segala makluk di seluruh jagat raya. Gambaran tentang kawanan burung diatas,hanya sebatas analaogi sederhana,untuk memudahkan penggambarannya.

Sejak zaman orang masih menanak nasi dengan periuk dan kayu api,hingga masuk ke zaman modern,dimana untuk menanak nasi,hanya dengan rice cooker bahkan bisa diprogam, tetap saja banyak orang yang hidup dengan falsafah "Aku masih seperti yang dulu". Yakni hidup dalam kelompok yang satu suku dan satu warna kulit. 

Dalam kondisi ini orang merasa nyaman karena terkurung oleh zona kenyamanan dan keamanan yang dicipatakan sendiri. Secara tanpa sadar orang membangun penjara tak kelihatan yang akan dihuninya seumur hidup'

ket,foto : bersama teman teman di bandar aceh/dokpri
ket,foto : bersama teman teman di bandar aceh/dokpri
Membuka Diri Untuk Bergaul Dengan Siapa Saja

Sesungguhnya dengan membuka diri untuk secara bebas kita bisa bergaul dengan siapa saja. Perbedaan suku ataupun perbedaan latar belakang sosial dan agama sama sekali bukanlah halangan bila memang ada niat baik dalam hati kita. 

Kata kuncinya sangat sederhana yakni menerima kenyataan bahwa setiap orang berhak berbeda dengan kita. Baik berbeda dalam adat istiadat, cara berpakaian dan berbeda sudut pandang dalam menilai sesuatu kejadian. Menerima perbedaan, bukanlah berarti bahwa  jati diri kita sudah tergadaikan. Kita adalah tetap diri kita seuntuhnya. 

ket.foto: di aula tvri Medan ../dok .pri
ket.foto: di aula tvri Medan ../dok .pri
Dengan membuka hati untuk menerima perbedaan maka dengan mudah kita akan diterima oleh semua kalangan. Saya dan istri sudah membuktikan hal ini  dalam perjalanan hidup kami. 

Semua orang tahu bahwa nenek moyang kami berasal dari negeri China  dan kami beragama Katolik. Tetapi kami membuktikan,bahwa kami di terima dikampung halaman kami di Sumatera Barat yang penduduknya 97 persen adalah Muslim. 

Kami juga diterima di Aceh bukan hanya dengan tangan terbuka, tapi dengan hati terbuka. Bahkan kami diundang makan dirumah penduduk.  Begitu juga di Mataram yang mayoritas Muslim, kami makan bersama teman teman disana disalah satu rumah mereka. 

ket.foto: ini bukan sekedar selfie,tapi memang kami bersahabat dengan kawan kawan di Bandung./dok.pri
ket.foto: ini bukan sekedar selfie,tapi memang kami bersahabat dengan kawan kawan di Bandung./dok.pri
Hingga kini, bila kami sesekali pulang kampung disambut dengan sangat antusias oleh sahabat sahabat kami., karena jalinan  persahabatan kami tidak didasarkan oleh kepentingan sesaat. Karena bilamana persahabatan terjalin berdasarkan keuntungan materi, maka bila suatu waktu tidak lagi saling menguntungkan maka persahabatan akan berakhir

ket,foto di Biak./dok.pri
ket,foto di Biak./dok.pri
Punya sahabat dimana saja kita berkunjung,sungguh merupakan sebuah kebahagiaan tak ternilai. Salah satu impian kami bila tahun depan ada kesempatan pulang ke tanah air, bisa bertemu dengan semua teman teman di Kompasiana. Baik yang sudah pernah kopdar, maupun yang belum. Semoga impian ini akan menjadi kenyataan

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun