Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Percuma Berbuat Baik bila Hati Menyimpan Dendam

9 Mei 2020   20:38 Diperbarui: 9 Mei 2020   21:47 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: theodysseyonline.com

Isinya adalah sebuah pengakuan, bahwa dirinya yang telah merusakkan system rem kendaraan saya ketika saya titipkan di bengkel untuk di service. Tujuannya adalah bila kami sekeluarga kecelakaan, maka seluruh pinjamannya pada saya menjadi lunas

"Dengan penuh penyesalan yang mendalam, saya mohon keikhlasan pak Effendi memaafkan, agar saya dapat menghadap Sang Chalik dengan tenang. Saat ini saya sedang terbaring di rumah sakit." 

Dada saya bagaikan bergemuruh dan tak kuasa menahan jatuhnya air mata. Padahal saya bukan tipe manusia yang cengeng. Tapi hati saya bagaikan dirobek-robek mendengarkan pengakuan sahabat saya. 

Saya tidak mampu langsung menjawab. Mencoba tidur, tapi tiba-tiba seakan terbayang kembali apa yang saya baca, "Percuma anda berbuat seribu kali kebaikan, bila hati anda menyimpan dendam." 

Maka tengah malam saya bangun dan menjawab, "Sahabatku, demi Tuhan saya maafkan anda." Cuma itu dan saya tidak mampu untuk berbasa-basi menanyakan kesehatannya ataupun mengatakan semoga cepat sembuh.

Sungguh, hanya satu kalimat yang saya ketik di Ponsel, "Demi Tuhan, saya maafkan anda" dan hati saya yang tadinya bagaikan dihimpit oleh balok besar, kini terasa lega dan saya tertidur nyenyak malam itu

Esok harinya, saya baru bangun tiba-tiba ada telpon masuk ternyata dari sahabat saya  Yang dengan suara terputus-putus dan menangis mengucapkan terima kasih karena saya sudah mau memaafkannya sambil berkali-kali menyebut kebesaran Tuhan.

Sebulan Kemudian

Sebulan kemudian saya dapat telpon dari putera sahabat saya bahwa ayahandanya telah berpulang dalam damai. Ternyata, memaafkan itu menghadirkan kelegaan dalam hati kita dan sekaligus memberikan kedamaian hati bagi orang yang sudah dimaafkan. 

Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa di hari tua saya dan istri dapat menikmati hidup damai karena sungguh tidak ada dendam, apalagi kebencian dalam hati kami, karena semua yang pernah bersalah kepada kami, sudah kami maafkan. Dan sebaliknya, kalau kami merasa bersalah, kami sudah minta maaf dengan sepenuh hati.

Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi. Bukan untuk menyatakan bahwa diri saya orang baik, melainkan sekedar berbagi cuplikan perjalanan hidup, bahwa hidup tanpa dendam sungguh sungguh terasa damai dan indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun