Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengeluh Susah Antrian Beli Bahan Makanan?

25 Maret 2020   09:22 Diperbarui: 25 Maret 2020   09:39 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tengok Mereka yang Hanya Bisa Panik, tapi Tidak Punya Uang

Mau selamat? Tinggal Dirumah Saja! Motto ini, sejak beberapa hari belakangan menjadi viral di hampir selurun dunia. Seandainya tidak ada instruksi agar semua warga tinggal di rumah dengan ditutupnya semua cafe, restoran, food court, dan semua shopping center, serta tempat hiburan lainnya, emangnya mau jalan ke mana?

Kami masih beruntung, tinggal melangkah ke pantai dan di sana bisa berleha-leha, jauh dari orang banyak, sambil menikmati udara laut yang menyegarkan, serta memanjakan mata dengan pemandangan laut yang indah. Kalau sudah puas menikmati udara segar, maka kami kembali ke rumah yang jaraknya hanya sejengkal.

Saling Chatting dengan Tetangga dan Teman-teman

Tiba di rumah, usai membereskan rak makanan yang sudah mulai kosong, menyirami tanaman di laman belakang, maka saya mulai menjawab pesan pesan via WA. 

Terkadang chatting masalah stressnya ikut antrian berbelanja akibat panic buying melanda hampir semua orang. Umumnya berkisah tentang serunya berburu bahan makanan, karena harus sigap berpindah pindah dari Woolworth supermarket ke Coles, ke Aldy dan ke Spudshed supermarket, agar dapat membeli bahan kebutuhan dapur sebagai cadangan "in case of emergency".

Tapi saya bilang kepada tetangga dan teman-teman, kami tidak ikut berebutan aksi main borong karena anak dan mantu kami sudah beberapa kali pesan, " papa mama, tidak usah ikutan berebut berbelanja. Bila ada yang kurang, cukup telepon saja dan barang kami antarkan." Siiplah!

Apalagi ada tetangga kami Sheilla, yang tinggal berdua dengan suaminya dan kelihatan ekonominya jauh lebih dari cukup, menawarkan kami apa saja yang kami butuhkan akan diantarkan. Kami cuma mengucapkan terima kasih dan tidak mungkinlah minta minta. Gengsi dong!

Mata Saya Tiba Tiba Tersekat

Tersekat, bukan karena mata kemasukan debu,melainkan membaca berita yang sangat menyentuh hati:

"Ramesh Kumar, who comes from Banda district in Uttar Pradesh state, said that he knew "there won't be anybody to hire us, but we still took our chances". I earn 600 rupees ($8; £6.50) every day and I have five people to feed. We will run out of food in a few days. I know the risk of coronavirus, but I can't see my children hungry," he said. (bbc.news.com)

Intinya: Ia tahu resiko dari bahaya Virus Corona, tapi tidak tega menyaksikan anak anaknya mati kelaparan.

Kejadian ini hanyalah salah satu contoh dari puluhan juta orang yang juga kondisinya sama dengan Ramesh. Mereka hanya mengatongi rasa panik, tapi sama sekali tidak mengantongi uang untuk beli bahan makanan bagi keluarganya. 

Saya jadi terpana baca tulisan ini dan melirik ke rak "logistik" kami dalam berperang melawan Virus Corona. Ingin rasa hati,mau membagikan kepada siapapun yang membutuhkan. Tapi selang sesaat, terpikir pula, terus kalau persediaan logistik kami habis, kami mau makan apa? 

Nah, inilah salah satu bukti bahwa tidak mudah mengaplikasikan perintah Tuhan, "Kasihilah sesamamu manusia, seperti dirimu sendiri." Hmm kalau saya punya dua bungkus Indomie dan ada tentangga yang kelaparan, maka dengan ikhlas saya akan berikan satu bungkus. Tapi kalau diminta semuanya, yaa maaf, saya lebih menyayangi istri saya dan diri saya, ketimbang orang lain. Makanya, saya tidak pernah berani mengaku-ngaku sebagai orang beriman. Susah ya, mau jadi orang baik?

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun