Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Halusinasi Massal, Mungkinkah Jadi Kenyataan?

23 Februari 2020   18:49 Diperbarui: 23 Februari 2020   18:53 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, kami juga heran, Apa salahnya Sopir dan Pembantu makan semeja bersama kita? Apakah karena mereka hidup dengan "makan gaji' dari kita? 

Nah, masalah hanya duduk makan bersama semeja saja, masih belum dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat kita. Bagaimana mungkin mau menikahkan anak majikan dengan anak pembantu?

Akan Menderita Sepanjang Hayat

Ada anak teman kami yang menikah dengan Dila, putri pembantunya. Walaupun setelah menikah, kedua orang tua pengantin pria menerima apa yang sudah terjadi, tapi tidak demikian dengan sanak famili mereka yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa Pembantu rumah tangga sudah menjadi Besan dalam keluarga besar mereka.  

Setiap kali Dila mengatakan sesuatu, walaupun hanya menyampaikan hal biasa, maka komentar yang terdengar adalah "Anak babu, mau berlagak jadi Bos". Bayangkan betapa akan terluka hati Dila mendengar hal ini. Mungkin secara materi hidupnya sudah terjamin karena bersuamikan orang kaya, tapi mungkinkah Dila bisa berbahagia hidup dalam lingkungan yang mengucilkan dirinya?

Dalam kisah Cinderella, memang dilukiskan bahwa gadis desa yang miskin dan tinggal dipinggir hutan dan bernama Cinderella ini suatu waktu bertemu dengan Sang Pangeran yang tersesat karena berburu. Pada pandangan pertama, Pangeran langsung jatuh hati. Lalu melamar Cinderella dan mereka hidup berbahagia selama lamanya..

Apakah kita semua sedang digiring untuk sebuah halusinasi massal? Mungkin ada yang dapat membantu menjawab?

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun