Maka kalau saya katakan bahwa saya tidak pernah tahu seperti apa rasanya "rumput tetangga itu lebih hijau", mungkin banyak yang tidak percaya. Padahal memang begitulah faktanya.
Malahan menyaksikan tetangga yang baru berusia 60 tahun, sudah jalan tertatih-tatih, kami justru ikut prihatin. Karena di usia menginjakan angka ke 77, kami berdua setiap hari keluyuran menikmati hidup.
Memaknai Hidup Sesuai Porsinya
Kita tidak perlu membanggakan apa yang ada pada kita. Sebab boleh jadi apa yang dibanggakan, bagi orang lain hanya uang recehan saja. Tapi kita juga tidak perlu membandingkan apa yang sudah kita capai dengan apa yang dicapai orang lain, karena porsi berbeda.
Bila hal ini dibiarkan menguasai diri kita, maka rasa syukur akan memudar, dan secara perlahan tanpa sadar kita akan menjadi orang yang tidak tahu mensyukuri apa yang sudah ada pada kita yang terlanjur terpana pada keberhasilan orang lain.
Setidaknya, filosofi "rumput tetangga lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri" tidak berlaku bagi saya pribadi.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H