Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pria Pesolek dapat Gelar "Bujang Gadih" di Kampung Saya

4 Februari 2020   05:51 Diperbarui: 4 Februari 2020   06:24 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : regulusabraham.wordpress.com

Bukan Kritik, Tapi Sekedar Berbagi Kisah

Sejak baru pertama kami bisa mandi sendiri, sabun pertama yang saya gunakan adalah Sabun Cuci Cap Tombak. Itupun cuma sepotong karena sebelum digunakan untuk mencuci pakaian, maka ibu saya memotong sabun tersebut untuk kami pakai berganti gantian. 

Jadi seluruh anggota keluarga sejak dari papa mama dan seluruh keluarga mandi dengan menggunakan sabun yang sama. Baru setelah kakak kakak saya menikah mereka punya satu kotak sabun yang berbeda, yakni Sabun Mandi Lux .

Untuk mencuci pakaian tidak semuanya menggunakan sabun, karena untuk ukuran keluarga kami pada waktu itu harga sebatang sabun cap tombak cukup mahal. Jadi untuk menghemat pemakaian sabun ditambahkan buah Mengkudu yang sudah matang. Buah ini mudah didapat karena banyak tumbuh di pekarangan rumah kami.

Terbawa Hingga Kini

Pengalaman sewaktu masih kecil terlahir dalam keluarga yang jangankan beli sabun mandi, apalagi yang namanya Skincare, malahan tidak jarang ibu saya makan kerak, demi anak anak bisa makan nasi terbawa hingga dewasa. 

Walaupun kelak nasib kami berubah dan sudah bisa beli berlusin lusin  Skin Care atau parfum yang baunya bisa memikat, tapi pengalaman semasa kecil tidak mudah diganti. Hanya saja, sabun mandi pasti bukan sabun Cap Tombak lagi, melainkan sabun khusus untuk mandi. 

Ternyata Ketemu Wanita yang Juga Tidak Pesolek

Nah, ketika menikah dengan wanita yang juga ternyata tidak suka bersolek, maka semakin kentalah gaya hidup alami, tanpa poles dan tanpa parfum yang beraroma pelet dan sebagainya. Kalau saya ajak istri untuk keluar rumah dari sejak dijawab "Ok", saya hanya butuh waktu paling lama 5 menit dan istri saya sudah ready to go. 

Kalau istri cukup 5 menit merapikan diri, apalagi saya hehehe. Sehabis mandi dan mengeringkan tubuh dengan handuk terus menyisir rambut tanpa perlu tengok ke cermin. Ini namanya overconfidence kali ya? Sering istri yang mengingatkan "Sayang, tuh rambut bagian belakang kusut, tolong dirapikan ya" Maka baru saya melongok ke cermin barang satu dua detik.

Minyak Angin Sebagai Ganti Parfum

Akibat kami berdua tidak hobi main parfum dan skincare dan lain lainnya yang berbau make up, maka menumpuk sudah puluhan jenis barang barang pesolek tersebut dalam lemari pajangan. 

Suatu waktu nanti, akan kami sumbangan ke Museum, karena ada yang sudah berumur lebih dari 50 tahun. Yang menggantikan parfum adalah minyak kayu putih dan minyak angin, Bukan lantaran kami sering masuk angin ataupun keluar angin, melainkan untuk mengharumkan ruangan dan ketika membersihkan lantai memanfaatkan minyak kayu putih yang kami bawa dari Makasar .

Kebiasaan yang Turun Temurun

Ternyata kebiasaan hidup bebas tanpa terikat pada sabun mandi merek tertentu ataupun tidak butuh parfum untuk  dapat keluar rumah di fotocopy oleh anak anak kami. 

Untuk mempersiapkan diri bila diajak jalan keluar rumah cuma butuh waktu tidak lebih lama dari 5 menit. Nah,apakah hal ini merupakan kelainan? Saya sungguh tidak tahu jawabannya. Karena setiap orang tentu saja bebas menentukan cara dan gaya menjalani hidup.

Ada yang butuh waktu 30 menit, bahkan teman saya bilang kalau ajak istrinya jalan harus 2 jam sebelum keberangkatan. Karena istrinya lebih suka membatalkan perjalanan, ketimbang harus keluar rumah sebelum lengkap bersolek. Ya, ngapain urus istri orang ya. Lebih baik fokus mengurus istri masing masing. Walaupun sesungguhnya dalam kenyataan malahan istri saya yang mengurus saya hehe 

Laki Laki Pesolek = "Bujang Gadih "

Kalau di kampung halaman saya, ada laki laki pesolek terus mendapatkan gelar dari masyarakat. Tapi bukan gelar "Datuk" atau"Sutan" melainkan dinobatkan sebagai "Bujang Gadih", yang artinya pria yang bertingkah laku kewanitaan.

Penyandang "gelar" ini akan dijauhi oleh para wanita, karena tidak ingin bersuamikan "bujang gadih". Tapi itu dulu, konon kini pria sudah resmi boleh bersolek, bahkan mungkin kedepan bakalan pakai lipstic dan sepatu hak tinggi, Siapa tahu, karena dunia semakin aneh.

Catatan: hanya cuplikan ringan dari kisah hidup

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun