Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Kutub Berbeda Bertumpu pada Satu Titik

31 Januari 2020   05:48 Diperbarui: 31 Januari 2020   06:02 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Yang Berpotensi Menghancurkan Hidup Kita

Hidup bersifat dinamika dan dialektika.sarat dengan pernak pernik ,yang selalu bergerak dari satu sudut kehidupan ke sudut lainnya dan dari satu ruang ke ruang hidup yang lainnya. Setiap orang menghadapi ujian hidup yang berbeda beda ,tapi semuanya bermuara pada satu titik tumpu, yakni : "lulus atau gagal" 

Untuk kegagalan ,orang tidak perlu menunggu lama ,cukup hanya dengan bertindak gegabah,maka dalam waktu singkat ia sudah merusakan seluruh hidupnya. 

Misalnya,saking ingin cepat meraih impian menjadi orang kaya ,orang melakukan  tindak kejahatan,seperti merampok atau korupsi. Tapi begitu tertangkap,maka stigma sebagai "narapidana" akan melekat seumur hidup. Bahkan anak anak cucunya akan mendapatkan warisan ini,yakni disebut :"anak atau cucu si Anu yang mantan perampok" 

Untuk Meraih Impian Hidup Butuh Perjalanan Panjang

Sebaliknya untuk mewujudkan impian hidup, dibutuhkan upaya dan kerja keras ,selama puluhan tahun. Karena antara sebuah harapan atau impian,terbentang jarak dan jurang yang dalam, yang harus mampu di seberangi. 

Sebagai contoh, sejak kami menikah,untuk sampai ke tahap financial freedom,saya butuh waktu 37 tahun kerja keras.Bukan waktu yang singkat.tapi begitulah kenyataannya.

Perjalanan panjang ,licin dan terjal.jatuh bangun berkali kali,hingga mampu tiba di "tanah terjanji ",yakni pada kondisi financial freedom,dimana tanpa perlu lagi memikirkan pekerjaan,kita sudah dapat menikmati hari hari tua dengan aman dan nyaman.

Namun,berada di kondisi financial freedom , bukanlah berarti bebas merdeka membelanjakan uang sesuka hati.Tetap saja dibutuhkan pengaturan keuangan yang cermat dan menjauh dari gaya hidup konsumtif dan foya foya. 

Pernah saya tulis,tentang seorang pengusaha kaya raya ,tapi karena saking mabuk kesuksesan,menjadi lupa diri dan suatu waktu,saya temui orang kaya ini,menjadi pemulung kartun bekas di daerah Kemayoran. Jakarta. Suatu bukti nyata,bahwa antara kegagalan dan keberhasilan  ,merupakan dua kutub yang bertolak belakang, sesungguhnya kedua kondisi ini berada dalam satu bingkai, yakni  dapat menjerumuskan orang membuat orang menjadi mabuk dan lupa diri.

Perlu Sadar Diri

Karena itu ,dalam menjalani hidup,perlu kita selalu mawas diri.Ketika masih harus menjalani proses kehidupan yang pahit getir,perlu menjaga agar jangan sampai kita  mabuk dirundung kesedihan dan dapat menjerumuskan kita menjadi orang yang apatis dan putus asa.Begitu juga bila suatu saat kita berhasil mencapai kondisi financial freedom,tetap mawas diri,agar jangan sampai terjerumus menjadi mabuk kesuksesan ,sehingga lupa diri dan meniru gaya hidup yang konsumtif ,serta berfoya foya.

Sudah banyak contoh disekitar kita,baik yang mabuk karena menemui kegagalan ,maupun yang mabuk kesuksesan. Keduanya merupakan dua kutub hidup yang berbeda,tapi apapun yang menyebabkan orang mabuk,akan menjerumuskan orang menjadi tidak mampu mengontrol diri..Karena itu,alangkah naif ,bila kita hanya bertumpu untuk menjauhkan diri dari mabuk karena minum alkohol,karena sesungguhnya,mabuk karena kegagalan ,maupun mabuk karena kesuksesan,mabuk popularitas diri,bahkan mabuk agama,semuanya bermuara pada satu,yakni:"orang menjadi lupa diri"

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun