Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran Hidup yang Paling Berharga

19 Januari 2020   04:01 Diperbarui: 19 Januari 2020   04:30 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto: berada di Padang pasir,sungguh terasa diri kita kecil dan tak berdaya/dok.pribadi

Saya minta bantuan teman saya Herman yang selalu mendampingi saya setiap berburu. Tapi jangankan menolong, malah baru melihat luka saya saja Herman langsung pingsan.

Orang kampung pun tidak ada yang berani membantu mencabut bambu yang masih menancap di paha saya, Maka dengan menahan rasa sakit. saya cabut bambu tersebut,tapi sebagian tertinggal dalam daging. Gimana rasanya? Ya nggak perlu rasanya saya tulis di sini.

Singkat cerita, saya robek kaus dalam dan digunakan untuk membalut luka, agar tidak terlalu banyak mengeluarkan darah. Setelah Herman siuman, saya masih harus memboncengnya dengan sepeda, sambil menahan sakit.

Dikejar Marinir AS di Hawaii
Pernah saya mengemudikan kendaraan di Pearl Harbour - Hawaii. Karena baru pertama kali berkunjung ke sana, maka saya tidak sadar bahwa saya memasuki daerah terlarang, karena merupakan base camp Marinir AS.

Baru sadar ketika tiba-tiba ada jip tentara mengejar dan menghadang di depan kendaraan yang saya kemudikan. Syukur setelah saya minta maaf karena pertama kali ke sana dan mereka melihat dalam kendaraan ada istri dan anak-anak kami yang masih kecil, maka setelah diperingatkan, saya diizinkan meninggalkan tempat,

Seandainya mereka tidak bertanya dan langsung menembak, maka saya tidak akan dapat menceritakannya lagi.

Semakin  Bertambah Usia, Semakin Tahu Diri
Sesungguhnya masih banyak lagi kisah horor kehidupan yang pernah saya alami, tapi cukuplah yang ini saja. Belajar dari berbagai pengalaman yang menyakitkan dan hampir merenggut nyawa. Saya semakin sadar diri agar lebih berhati-hati dan semakin tahu bersyukur kepada Tuhan. Bayangkan orang jatuh satu kali saja ,langsung tewas,sedangkan saya jatuh belasan kali,tapi masih hidup. kelak masih harus di operasi lagi ,sebanyak 4 kali dan syukur saya masih diizinkan Tuhan untuk tetap tinggal di dunia ini.

Kini dalam usia ke 77 tahun,saya selalu hati hati dalam bertindak dan dalam mengemudikan kendaraan. Setiap kejadian dalam hidup ,saya jadikan pelajaran berharga dan semakin memperbesar rasa syukur saya kepada Tuhan,dengan jalan menghargai karunia hidup,

Sungguh benar kata peribahasa, "Belajar sejak dari buaian, hingga akhir hayat"

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun