Sarat dengan Petata Petiti
Sebagai orang yang dilahirkan di era Dai Nippon, sejak lahir saya belajar bahasa Padang.Saya sungguh kagum membaca petata petiti yang sarat pesan moral mendalam. Antara lain:
- Nan kuriek lundi, nan sirah sago
- nan elok budi, nan indah baso
Yang dapat diterjemahkan secara bebas, "Yang baik itu adalah budi pekerti dan yang indah adalah bahasa". Tapi mengapa bahasa preman bisa terpajang di jalan utama Kota Padang ini? Apakah di era digital ini rasa kesantunan sudah tidak lagi dibutuhkan? Entahlah, saya sungguh jadi galau menyaksikan kembali foto-foto yang "aduhai " ini
Apakah di kota lain juga seperti ini?
catatan tambahan: foto ini diambil 2 tahun lalu, mudah-mudahan kini sudah tidak ada lagi spanduk semacam ini. Kalau dulu saya tinggal bertetangga dengan Syahrul Ujud SH yang menjadi Walikota Padang, saya berani telepon langsung. Tapi kini saya sudah jadi orang luar dan tidak punya akses lagi untuk menyampaikan hal ini, maka saya tuangkan dalam tulisan ini, dengan harapan kampung halaman saya kembali santun seperti dulu.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H