Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengawali Pertemanan, Semudah Membalik Telapak Tangan

4 Januari 2020   21:34 Diperbarui: 4 Januari 2020   21:34 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: stockfresh.com

Menjaga Persahabatan itu Sesulit Membalik Telapak Kaki

Untuk menjalin hubungan pertemanan sangat mudah. Ketemu sama sama naik kereta api atau sama sama minum di warung kopi, terus mulai percakapan santai hingga saling bertukar nomor Ponsel.

Dalam sekali hadir pada acara 17 Agustusan atau festival kuliner yang melibatkan komunitas orang Indonesia, sekaligus bisa mendapatkan beberapa kenalan.

Kalau ada peribahasa mengatakan "sekali merangkul dayung, dua tiga pulau terlampaui", maka dalam hal ini dapat dikatakan, sekali berkunjung dalam acara belasan kenalan baru langsung didapat.

Bertemu, berkenalan, menjadi teman, dan kemudian bila dirasakan ada kecocokan auranya, maka dapat dilanjutkan dengan meningkatkan status dari teman, menjadi sahabat.

Hingga di sini, semua dapat berjalan begitu lancar, tanpa hambatan. Tak berlebihan bila dikatakan "semudah membalik telapak tangan".

Terputusnya Komunikasi Sering Mengubah Seorang Sahabat Menjadi Orang Asing

Seiring perjalanan waktu, beda kepentingan, beda kesibukan, dan beda kota, maka perlahan lahan status persahabatan tadi menurun kembali ke status pertemanan.

Bahkan tidak jarang sahabat dan tetangga sewaktu  kecil karena saking lama tidak berkomunikasi ketika bertemu seakan bertemu sosok orang asing. Yang hanya berbicara sangat formal.

Mungkin bukan hanya saya pribadi yang pernah mengalami, tapi juga orang lain. Mendapatkan nomor telepon sahabat lama, terus saking antusiasnya langsung menelpon. Tapi ternyata nada suara yang menerima terasa sangat asing, 

Cuplikan  sepotong pembicaraan dengan sahabat lama yang sudah 40 tahun tidak bertemu

"Maaf dari siapa? Oya Effendi ya? Ya ya.. Apa yang bisa saya bantu?" Mendengar kalimat "apa yang bisa saya bantu?" rasanya suasana hati yang tadinya berbunga bunga, langsung layu dan gersang.

Dan setelah itu, dapat dibayangkan, percakapan hanya bernada tawar dan tidak lagi merupakan perjumpaan antara sahabat lama.

Penyebabnya Bisa Datang Dari Berbagai Hal Antara Lain:

  • Beda kepentingan
  • Beda kesibukan:
  • Beda Kota
  • Beda negara

Perbedaan tersebut di atas dapat menjadi penyebab semakin renggangnya hubungan persahabatan. Karena jarang ada kesempatan untuk bertemu dan jarang pula ada kesempatan untuk berkomunikasi.

Akibatnya. hubungan persahabatan yang dulu begitu kental dan akrab, semakin lama semakin tergerus oleh perjalanan waktu. Kalau pada awalnya, saling kangen dan saling komunikasi, seiring dengan perjalanan waktu, komunikasi semakin tersendat sendat untuk kemudian terputus sama sekali.

Komunikasi Mutlak Diperlukan

Karena itu, menjaga kelangsungan persahabatan ,membutuhkan saling komunikasi,walaupun sudah berbeda kota,berbeda kepentingan .Bila komunikasi sudah terputus selama bertahun tahun, maka bila mendapatkan nomor telepon sahabat lama sebaiknya menahan diri untuk tidak buru buru menelpon, agar jangan sampai harus menelan rasa kecewa, seperti yang sudah saya alami berkali kali.

Perlu waktu, perlu "warming up" atau pemanasan lewat komunikasi non verbal via WA atau SMS . Bila kebekuan hubungan sudah dirasakan mulai mencair, maka barulah ditingkatkan menjadi pembicaraan lewat telepon.

Artikel ini saya bagikan karena baru berapa saat ini, saya menghubungi sahabat lama dan sekaligus tetangga semasa masih muda, namun begitu menelpon, ibarat bara api yang menyala nyala disiram air. Begitulah kira kira perasaan saya.

Karena rasa antusias yang menggebu gebu, hanya direspon dengan jawaban "Oya ,apa yang bisa saya bantu?"

Pelajaran pahit ini saya bagikan,agar menjadi masukan bagi orang banyak,agar jangan sampai mengalami hal yang sama

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun