Tapi ,dengan menangis ia berkata kepada saya: "Pak Effendi, kalau saya masih bisa memilih,saya akan memilih hidup seperti pak Effendi. Tidak kaya, tapi bisa menikmati hidup berbahagia bersama istri tercinta., sungguh.
Saya sudah melakukan kesalahan, yakni mengejar impian saya untuk meraih kesuksesan di bidang bisnis,tapi saya sudah kehilangan keluarga yang saya cintai. Secara fisik, semuanya masih tinggal di rumah ini, tapi hati mereka sama sekali sudah tidak ada pada saya. Sudah terlambat untuk memperbaiki, apa yang sudah saya hancurkan selama bertahun tahun...
Kemudian pak Candra ,teman saya terdiam dan tak mampu berkata kata lagi. Tampak air matanya menetes di lantai . Dan saya juga terdiam. Tak mampu saya mengeluarkan kata kata hiburan.
Perlu Mengatur Waktu
Sesibuk apapun diri kita, sesungguhnya selalu ada waktu ,walaupun hanya sejenak yang dapat diefektifkan bersama keluarga. Setidaknya pada hari Sabtu dan Minggu.Â
Untuk menciptakan keharmonisan dan kedamaian dalam rumah tangga, tidak harus menunggu hingga hidup serba berkecukupan. Yang terpenting, adanya cinta kasih yang tulus di dalam keluarga. Jangan sampai ,begitu terobsesinya mengejar materi, sehingga justru kehilangan sesuatu yang tidak ternilai, yakni kasih sayang anak dan istri.
Belajar dari pengalaman sendiri tentu saja sangat baik,karena pengalaman adalah guru terbaik.Tetapi kita perlu juga belajar dari kegagalan orang lain dalam merawat keharmonisan dalam rumah tangga,agar kita jangan sampai terperosok di lubang yang sama
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H