Â
Yang Sempat Membuat Hati Saya Gundah
Heboh tentang arti dan makna :"nasionalisme" yang baru baru ini sempat menjadi viral,sesungguhnya sudah saya rasakan sejak beberapa tahun lalu.
Tepatnya pada bulan Oktober tahun 2013,yang tanggalnya saya sudah tidak ingat lagi.Pada waktu itu.saya dan istri mendatangi kantor imigrasi Australia,yang lokasinya di Harbour Town , di kota Perth. Jadi bulan Oktober ini,tepat 6 tahun lalu kami kesana
Setelah melapor di bagian informasi,kami diminta untuk langsung ke lantai 3,di bagian urusan perpanjangan Visa,karena Permanent Residence Visa kami sudah harus diperpanjang. Dengan menggunakan lift,maka dalam waktu sekitar dua menit,kami sudah tiba di lantai 3 dan mengambil nomor antrian .
Kemudian kami duduk menunggu giliran Disamping kami ada seorang pria setengah baya yang lagi duduk memegang Paspor. Ia menyapa kami.:'Maaf,bapak dan ibu dari Indonesia ?"Â
Maka ,seperti biasa,kalau bertemu sesama orang Indonesia di Australia,dalam hitungan menit,kami sudah terlibat pembicaraan hangat. Dan selanjutnya kami terlibat dalam pembicaraan sekitar masalah domisili di Australia.Â
Kami jelaskan ,bahwa kami sudah lama mendapatkan Permanent Residence Visa,karena ada dua orang anak kami yang tinggal di Australia,memberikan jaminan.
Jangan Terbawa Idealisme Yang Keliru
"Wah,selamat untuk Bapak dan Ibu " ,kata pria yang memperkenalkan nama sebagai Subandi (bukan nama sebenarnya). "Enak dong pak,sudah bisa jadi warga negara Australia
" Kalau saya sudah menunggu 5 tahun,bahkan sudah invest disini ,dengan membuka restaurant di Perth. Lumayan sekitar 20 milyar rupiah.tapi hingga saat ini pengajuan P.R saya belum dikabulkan. Saya kesini mau memperpanjang visa kunjungan "katanya dengan wajah agak sedih.Â
"Bapak ibu kesini,mau buat appointment untuk tanggal pelantikan jadi warga negara Australia ya" sambung pak Subandi.
"Bukan pak"jawab saya.:"Kami hanya ingin memperpanjang PR kami saja. Kami masih memegang Paspor R.I.
"Pak Effendi,anda keliru mengambil keputusan, Saya sudah menunggu 8 tahun,namun belum dapat. Kesempatan ada didepan mata,malahan anda biarkan lewat. Kesempatan belum tentu akan terulang lagi ." Percayalah ,anda tidak akan dianggap pahlawan,karena mengambil keputusan ini. Sungguh menurut saya,anda hanya terbawa idealisme yang keliru. Kalau boleh saya berterus terang ya.,Saya ini kan pribumi,tapi kalau dapat kesempatan seperti anda ,pasti tidak akan saya lewatkan. Nah,Pak Effendi,walaupun memilih tetap jadi Warganegara Indonesia.percayalah dimata masyarakat,pak Effendi tetap"nonpri".
Saya terpana mendapatkan kuliah gratis ,mengenai arti dan makna dari nasionalisme .Saya hanya manggut manggut,untuk menghargai lawan bicara  dan bertepatan nomor antrian saya dipanggil dan langsung pamitan.
Kuliah Tentang Arti dan Makna Nasionalisme Yang Menjadi Renungan Diri Bagi Saya
Enam tahun sudah berlalu,tapi kuliah gratis yang diberikan oleh pak Subandi,membuat saya tersenyum getir,setiap kali mengingatnya.Â
Bagi  saya pribadi, terserah bagaimana orang menilai tentang kadar nasionalisme saya,yang penting  dalam hati  tidak pernah merasa menghianati tanah tumpah darah saya, apapun sebutan orang lain,terhadap diri saya.Â
Walaupun tinggal di negeri orang,begitu bangun pagi,kami berbicara dalam bahasa Indonesia,berdoa dalam bahasa Indonesia dan makan masakan Padang. Bahwa saya terlahir sebagai nonpribumi,bukan salah saya dan juga bukan salah ibunda yang mengandung saya.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H