Lain Kali Mungkin Kesempatan Tidak Akan Datang Lagi
Kebiasaan untuk menunda sesuatu yang seharusnya dikerjakan atau dilakukan, bila tidak cepat diantisipasi, akan menjadi suatu kebiasaan jelek dalam diri kita.
Sering kita berpikir: ”Ah besok sajalah, hari ini agak mendung atau terlalu panas". Atau, "saya mau menikmati masa muda saya, masih banyak lagi kesempatan lainnya dan seterusnya".
Begitu seringnya kita menunda, secara tidak sadar menimbulkan suatu ketagihan untuk selalu menunda. Kebiasaan menunda ini berpotensi menjadi penyesalan sepanjang hayat.
Kita sudah sering mendengarkan, the wisdom words: "Take it or leave it! ", kalimat singkat yang terasa menusuk: ”Ambil atau tinggalkan!”
Inilah hidup, yang tidak selalu berwajah manis dan lembut. Terkadang keras, tajam, dan menusuk. Tidak jarang kita dihadapkan pada pilihan: ”Ambil atau anda takkan pernah mendapatkan kesempatan lagi!”
Salah Satu Kesempatan Tersebut Adalah Transformasi Diri
Contoh paling gampang dimengerti dan sering kita saksikan adalah ulat kepompong yang penampilannya jauh dari menyenangkan.
Seekor kepompong yang berselimutkan gulungan daun daunan dan kerjanya makan dan tidur semata. Ulat yang sama sekali tidak berdaya ini kemudian secara menakjubkan melakukan transformasi diri secara alami Menjelma menjadi seekor kupu-kupu cantik, menarik, dan memiliki kemampuan terbang yang menakjubkan. Tentunya adalah sangat naif bila menyamakan kupu kupu dengan manusia, tapi hanya sekedar contoh agar dapat dengan mudah memahami.
Kata "transformasi" berasal dari bahasa Inggris "transformation", yang kalau kita simak pada Oxford Dictionary berasal dari kata dasar "transform" yang berarti "make a thorough or dramatic change in the form, appearance, character, etc.", yang dapat diterjemahkan secara bebas "segera membuat sesuatu perubahan total, baik dalam bentuk penampilan, karakter, dan sebagainya.
Setiap orang berpeluang untuk mengubah hidupnya agar menjadi lebih baik. Tidak peduli dari suku bangsa mana dan apapun latar belakang kehidupannya. Masalahnya adalah tergantung pada pribadi masing masing, "Mau atau tidak".
Perlu Keberanian dan Tekad
Ibarat sekeping mata uang yang selalu memiliki dua sisi, demikian juga setiap perubahan menghadirkan dua hal yaitu, harapan dan resiko.
Harapan adalah sebuah kekuatan yang amat dahsyat. Demi untuk sebuah harapan, manusia mau berusaha, bekerja keras siang dan malam, karena yakin suatu waktu harapannya akan jadi kenyataan. Dalam sebuah harapan terkandung unsur keyakinan. Yakin kepada Tuhan, yakin kepada diri sendiri. Yang sedang menderita sakit, yakin ia akan sembuh. Yang masih hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan, yakin bahwa segala penderitaannya suatu waktu akan berakhir dan nasib berubah.
Tapi tentu saja tidak semudah, seperti membalikkan telapak tangan. Ada jarak dan waktu yang harus ditempuh dari saat melakukan transformasi diri, sehingga sungguh sungguh berubah total. Di sinilah manusia diuji oleh alam, diuji kesabaran dan ketabahannya dalam masa penantian yang tidak pasti, semuanya ini demi sesuatu yang dikenal sebagai sebuah harapan.
Harapan untuk dapat mengubah hidup menjadi lebih baik Harapan adalah energi. Energi adalah kekuatan. Karena memiliki harapan, orang mampu menahan rasa sakit, penderitaan, hinaan dan sebagainya karena yakin suatu waktu harapannya akan jadi kenyataan. Harapan merupakan sumber inspirasi dan motivasi bagi setiap insan.
Kita tidak dapat menutup mata, bahwa tidak jarang harapan demi harapan berguguran karena berbagai sebab. Ketika harapannya tidak terkabul,maka disinilah orang merasakan resiko dari kegagalannya. Karena itu banyak orang yang tidak berani mengubah hidupnya karena takut gagal.
Kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju perbaikan nasib. Bila kita sungguh-sungguh ingin melakukan transformasi diri, maka mulailah dengan mengubah cara berpikir. Dengan mengubah cara berpikir, maka sikap mental akan berubah. Perubahan sikap mental akan membawa perubahan yang amat mendasar dalam diri kita, yang akan tercetus dalam cara berpikir dan bertindak. Change your mind and your life will be change.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H