Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Tidak Kaya Raya, Jangan Berkunjung ke NTT

15 November 2019   16:48 Diperbarui: 16 November 2019   04:34 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena Gubernur NTT Sudah Bosan Lihat yang Miskin

  1. "Karena itu, wisatawan yang datang itu harus kaya. Kalau yang miskin tidak boleh datang," tegas Viktor. "Saya sampaikan ke presiden, kalau wisatawan yang miskin, kami di NTT paling banyak begitu (miskin). Jadi kalau wisatawan miskin yang datang, kami sudah tidak mau lihat lagi,"(sumber: https://bali.antaranews.com/berita/169663/gubernur-larang-wisatawan-tak-berduit-ke-ntt )
  2. "Saya sampaikan ke Presiden bahwa kalau wisatawan miskin datang, kami di NTT itu banyak sekali yang miskin, jadi kami bosan. Kalau bisa datang yang kaya-raya saja, yang berduit saja, kami bosan lihat yang miskin-miskin," ujar Viktor B Laiskodat. (sumber:https://money.kompas.com/read)

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Syukur Saya Sudah Sering Berkunjung ke NTT

Saya bersyukur,bahwa kami sudah sering berkunjung ke NTT . Hampir seluruh NTT sudah kami kunjungi,antara lain

  • Kupang
  • Atambua
  • Maumere
  • Larantuka
  • Ende
  • Bajawa
  • Labuan Bajo
  • dan seterusnya

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Karena dengan adanya larangan ini, maka walaupun saya tidak termasuk kriteria "orang miskin" tapi jauh dari sebutan "kaya" apalagi "kaya raya". Berarti ,selama Viktor bertahta, saya dan orang segolongan saya, sudah tidak lagi mungkin bisa mengunjungi teman teman kami di NTT.

maumere-5dcf188cd541df5c87526335.jpg
maumere-5dcf188cd541df5c87526335.jpg

dokumentasi pribadi

Tapi sebagai orang yang tidak termasuk kriteria "kaya raya", tentu saja, kita tidak berhak memberikan opini apa-apa ,tentang larangan ini. Satu satunya jalan adalah mematuhi aturan main yang sudah diterapkan. Selama puluhan kali berkunjung ke NTT, kami merasakan kehangatan  rasa persaudaraan dari semua teman teman di NTT. Bahkan kami pernah di jamu oleh Pak SK Lerik, sewaktu beliau masih aktif sebagai Wali Kota Kupang.

Di bandara Labuan Bajo, Dok. pribadi
Di bandara Labuan Bajo, Dok. pribadi

ntt-2-5dce74e6097f364b5424ec72.jpg
ntt-2-5dce74e6097f364b5424ec72.jpg

ket,foto: di bandara El Tari Kupang/dok.pribadi

ntt-5-5dce7404d541df2c161dbea2.jpg
ntt-5-5dce7404d541df2c161dbea2.jpg

ket.foto: di panti asuhan Bajawa/dokpri

Hingga kini, kami masih terus saling kontak, baik via WA, maupun via telepon karena itu, pada awal membaca judul berita yang menjadi Headline di berbagai media, saya hampir tidak percaya ,akan apa yang saya baca. Tapi ya begitulah yang  tertulis dan tentu saya tidak berhak mengubahnya.

catatan: tulisan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan politik atau apapun. Hanya ungkapan rasa sedih saja, karena sahabat kami banyak di NTT dan rencana tahun depan mau berkunjung ke sana, terpaksa kami batalkan, karena tidak termasuk dalam daftar orang yang diperbolehkan berkunjung ke NTT

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun