Langkah Awal untuk Mengubah Nasib
Ada peribahasa mengatakan, "Tidak seorangpun yang dapat mengubah nasib kita, kecuali diri sendiri." Lebih lanjut dilengkapi dengan kalimat, "Bahkan Tuhan tidak akan mengubah nasib kita, bila kita sendiri tidak mau berusaha untuk mengubahnya".
Saya sudah pernah mengalami hidup dalam keterpurukan selama tujuh tahun dan kemudian menjadi pengusaha. Walaupun amat jauh dari sebutan kaya, tetapi bagi kami dari seorang penjual kelapa dan tinggal di pasar kumuh, mampu mengubah nasib hingga bisa menikmati hidup di hari tua, sudah merupakan hal yang selalu kami syukuri.
Maka terbersit dorongan dari lubuk hati yang terdalam untuk membagikan tulisan ini kepada siapa saja yang berkenan membacanya. Dengan harapan, setidaknya dapat menjadi motivasi diri dan memahami bahwa mengubah nasib itu tidak semudah seperti ucapan seorang motivator dari atas panggung.
Perlu usaha dan kerja keras serta cermat secara terus menerus tanpa mengenal kata "menyerah".
Harus Ada Langkah Pertama
Ada the wisdom words mengatakan, "A thousand miles of a journey begin with one step". Sejauh apapun niat kita untuk melakukan perjalanan ,selalu harus dimulai dengan langkah pertama.
Begitu juga hasrat hati yang menggebu-gebu untuk dapat mengubah nasib, harus dimulai dari langkah awal yakni selalu berpikiran positif. Karena hukum alam yang berlaku adalah, positif akan menarik hal yang positif, sedangkan pikiran negatif akan selalu mengantarkan hidup kita kepada kondisi yang negatif.
Cara paling mudah dan sederhana agar selalu berpikiran positif adalah, mengawali hari kita dengan bersyukur. Karena hari yang diawali dengan kening berkerut dan kemurungan akan membuat seluruh hari penuh dengan berbagai kesulitan dan halangan.
Untuk itu, dengan membiasakan diri, begitu bangun dari tidur, maka kata pertama yang keluar dari lubuk hati kita yang terdalam adalah, "Puji Syukur kepada Tuhan, saya masih hidup".
Mari Kita Simak Bagaimana Seorang Pengamen Mengawali Harinya
Temperatur yang berkisar antara 1 dan 2 derajat Celcius, tidak kami rasakan dinginnya karena hati kami diliputi oleh sukacita. Impian kami belasan tahun lalu untuk mengunjungi Alaska akhirnya jadi kenyataan.
Kami baru turun dari Kapal yang merapat di dermaga pagi itu. Gerimis menyambut kehadiran kami di bumi salju ini ,namun kami tidak ingin kehilangan momentum yang sudah kami rindukan begitu lama.
Baru berapa puluh meter kami berjalan, terdengar ada orang yang menyanyi sambil bermain gitar. Makin lama semakin jelas. Seperti ada magnet, saya dan istri mendekat. Sesaat kemudian kami sudah berhadapan dengan sesosok pria berusia muda, mungkin sekitar 30-an. Rambut panjang, memakai jaket lusuh, suaranya mantap.
"Hi good morning everybody, welcome to Alaska. Whoever you are enjoy your life, celebrate your life. Look at me. I have nothing, but if I die today, praise the Lord, because I have got a cup of cappuccino...".
(Hai, selamat pagi semuanya, selamat datang di bumi Alaska. Siapapun Anda nikmatilah dan syukurilah hidup Anda. Lihat saya. Tidak punya apapun, tetapi andaikan saya mati hari ini, saya tetap bersyukur kepada Tuhan, karena saya sudah menikmati secangkir cappuccino.)
Terpana saya mendengar lirik lagunya.
Saya malu pada diri saya sendiri. Alangkah tidak tahu bersyukurnya saya selama ini. Hal-hal kecil sering membuat saya murung. Hal-hal sepele bisa membuat hati saya tersinggung.
Jujur, dalam hal finansial jelas saya memiliki lebih banyak dari pengamen ini. Tapi dari kebesaran jiwa, saya kalah. Rasa syukur si pengamen begitu besarnya.
Sejak saat itu setiap bangun pagi, kata pertama yang keluar dari hati saya adalah, "Puji Tuhan, saya masih hidup".
Ternyata bila mengawali hari dengan bersyukur, maka sepanjang hari saya menemui kemudahan-kemudahan. Hal inilah yang kami praktikkan selama ini dan ternyata hasilnya luar biasa. Problema hidup tetap ada, tapi ada kekuatan mental yang tumbuh dari dalam hati, sehingga mampu menerima dengan berlapang dada.
Karena selama kita masih bernafas, masalah hidup tidak akan pernah habis-habisnya. Seperti kata-kata bijak "Life is a problem. No problem, means life is ended"Â
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H