Hal Hal Yang Tampak Sangat Sepele Di Negeri Orang
Beberapa kejadian yang sangat sederhana dan sudah merupakan hal yang lazim di negeri orang, tampaknya masih belum pernah ada yang mau mencoba mempraktikkan di negeri kita. Antara lain:
![ket,pilih barang dan tentukan harganya sendiri/dok.roselina](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/22/barang-1-5d8760800d823062cf15fab2.jpg?t=o&v=770)
Mengumpulkan barang barang bekas dari para dermawan dan kemudian dijual kembali. Mulai dari gunting,pisau ,kelengkapan dapur  ,koper bekas dan sebagainya.
Pokoknya apapun yang sudah tidak digunakan lagi dan disumbangkan untuk kegiatan pengumpulan dana sosial.Seluruh dana disumbangkan bagi orang orang yang memiliki keterbelakangan dalam berbagai hal ,sehingga hidup berkekurangan.
Cara menjualnya adalah barang dipajang di lokasi tempat penjualan dan para pembeli diminta dengan sukarela memasukan sejumlah uang  kedalam kotak sumbangan.
![koran gratis,tapi tidak ada yang mau ambil,karena merasa mampu beli/dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/22/barang-3-5d8760c50d82306c9668a7e2.jpg?t=o&v=770)
Kalau di toko ,koran dan majalah tentu saja ada harganya. Namun untuk mendorong minat baca,maka khusus bagi mereka yang tidak mampu membeli ,karena berbagai alasan,disediakan, koran,tabloid mingguan dan bahkan majalah secara gratis.
Herannya, di Australia, tumpukan koran dan tabloid selama seminggu masih tampak menumpuk di tempat. Karena mereka sudah terbiasa dengan falsafah :"Kalau bisa beli, mengapa ambil yang gratis?"
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/22/barang-6-5d8760ff0d82305ad21f1575.jpg?t=o&v=770)
Secara berkala ada roti yang masih baru dan segar ,diletakkan di dalam keranjang dan disana jelas ada tulisan :"Free".berarti gratis.
Lagi lagi, hingga siang hari, bungkusan roti tersebut tidak ada yang menyentuh. Mungkin yang ada disana,kebetulan orang yang mampu beli,sehingga mereka merasa malu untuk mengambil
Bahkan pernah dibuka dapur umum ,untuk melayani orang orang yang membutuhkan makanan,Tapi akhirnya tidak melanjutkan lagi,karena panitia terdiri dari 6 orang,sudah menyediakan waktu untuk mempersiapkan makanan.Ternyata yang datang ,cuma 2 orang saja.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/22/barang-9-5d87611d0d823079ec5d1a34.jpg?t=o&v=770)
Hampir di setiap supermarket, begitu kita masuk ke dalam yang pertama tampak adalah keranjang berisi buahan segar dengan tulisan :"Free free for kids,"
Tapi menurut salah seorang karyawan disana, seringkali buahan yang disediakan tertinggal disana hingga busuk,karena tidak ada anak anak yang mau mengambilnya.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/22/barang-8-5d87613a0d82300c8a415de2.jpg?t=o&v=770)
Yang namanya orang mabuk, dimana mana sama saja,yakni pikirannya sudah tidak waras.Salah satu tindakan mereka adalah melempar botol kosong bekas minuman  dan ada yang pecah .
Hal ini tentu saja dapat membahayakan para pejalan kaki. Karena itu para voluntir ,setiap hari minggu berjalan berombongan untuk mengumpulkan pecahan kaca dari taman  taman,tanpa digaji sama sekali
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/22/barang-7-5d876241097f36089b32a363.jpg?t=o&v=770)
Karena sudah lama tinggal di Australia, saya tidak tahu persis,apakah di negeri kita,sudah juga diterapkan hal semacam ini?
Tentu saja bukan untuk meniru niru gaya di negeri orang,tapi dengan cara dan gaya  khas Indonesia.
Kalau Australia bisa,Indonesia pasti juga bisa melakukannya,bahkan dalam hal yang jauh lebih besar.
Karena di negeri kita jauh lebih banyak orang yang kehidupan sudah mapan,yang peduli pada orang yang hidup dalam kekurangan.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI