Kebebasan Adalah Ibarat Berjalan Di Padang Pasir
Harkat dan martabat diri adalah nilai diri seseorang. Menjaga image dan martabat diri, butuh waktu bertahun tahun dan mungkin juga belasan tahun,namun untuk merusakkan cukup dalam hitungan menit.Â
Satu kali kita kehilangan kontrol diri dan melakukan hal hal yang memalukan, maka butuh waktu bertahun tahun untuk memperbaikinya. Suka atau tidak suka, noda yang sudah terlanjur terjadi,akan menjadi warisan  bagi anak cucu kita kelak.Â
Dalam berlalu lintas,ada begitu banyak rambu rambu yang masing masing memiliki arti tersendiri. Ada rambu dilarang masuk,ada rambu berupa Lampu yang menyala merah, petanda ,diharuskan berhenti secara total. Bila salah satu rambu ini dilanggar ,maka berpotensi mencelakakan diri
Tetapi dalam berinteraksi dengan orang lain,tidak akan ada rambu rambu seperti yang terdapat di jalan raya.sehingga perlu lebih mawas diri. Kebebasan itu adalah ibarat orang berjalan di padang pasir yang sangat luas. Orang boleh berlari kemanapun atau berteriak teriak semau maunya tidak akan ada yang melarang.Â
Tapi jangan lupa, bahwa di padang pasir  tidak ada rambu rambu atau petunjuk jalan. Karena itu setiap langkah, harus diwaspadai agar jangan sampai kebebasan diri, menyebabkan kita kehilangan arah.Â
Yang dapat berarti malapetaka bagi diri kita. Kebebasan yang tidak terkontrol, akan menyebabkan kita dapat berjalan kemana saja, tapi tidak akan pernah menemukan jalan untuk kembali lagi.
Lepas Kontrol ,Berpotensi Mencelakakan Diri
Menjadi orang merdeka atau orang bebas memang merupakan dambaan setiap orang. Bebas mau kemana,bebas mau mengerjakan sesuatu dan bebas dalam mengeluarkan pendapat.
Tetapi banyak kejadian yang kita saksikan terjadi selama ini,yakni kebebasan yang lepas kendali,sehingga ikut larut mengikuti arus yang salah arah,sehingga lupa diri.Â
Lupa bahwa diri adalah seorang istri dan seorang ibu dari anak anak, sehingga bertingkah laku sebagai "wanita bebas". Begitu juga banyak orang yang lupa bahwa dirinya adalah seorang suami dan sekaligus seorang ayah bagi anak anaknya, tapi ketika terbelenggu oleh kebebasan, menyebabkan orang kehilangan kontrol diri.
Ibarat mengemudikan kendaraan, tanpa rem, maka begitu juga bila orang larut dalam menikmati kebebasan diri, dapat menyebabkan orang kehilangan tenggang rasa lupa tentang etika dan lupa bahwa tingkah laku, maupun apa yang ditulisnya, kelak akan jadi warisan bagi anak cucu, baik ataupun buruk
Sebutan Preman Tidak PupusÂ
Ketika kesempatan pulang kampung dan bertemu dengan salah seorang tetangga semasa masih remaja di Padang,saya kaget ketika ia memperkenalkan saya kepada istri dan anak anaknya "Ini Effendi ,tetangga dan teman papa sewaktu remaja.Â
Dulu  pak Effendi ini, preman di kampung kami, suka berantem", kata tetangga saya sambil tertawa. Saya agak terpana. Ternyata kelakuan saya semasa remaja,melekat terus, walaupun waktu sudah berlalu lebih dari setengah abad.
Saya tidak tersinggung, karena memang begitulah saya semasa remaja. Tapi sekaligus mengingatkan saya, bahwa apa yang saya lakukan hari ini, kelak akan jadi warisan bagi anak cucu.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H