Enak Benar Kedengarannya
Banyak kisah kisah khayalan yang meninabobokan para pembacanya. Seperti kisah Cinderella yang bertemu Sang Pangeran yang tersesat di hutan dan jatuh cinta padanya.Kemudian mereka menikah dan hidup berbahagia for ever and ever.Â
Atau kisah lain tentang Aladin yang jatuh cinta pada Yasmin putri raja. Kemudian menemukan Lampu ajaib dan begitu digosok, maka keluarlah Jin raksasa yang mengatakan :"Tuanku..kata katamu  adalah perintah bagiku. Maka berkat Jin raksasa dalam sekejap mata telah menciptakan sebuah istana.Â
Singkat cerita Aladin yang tadinya pemuda miskin,menikah dengan putri Yasmin yang kecantikannya mengalahkan bidadari di langit ketujuh dan mereka hidup berbahagia selama lamanya.
Menjadi Impian Banyak Orang
Kisah kisah menakjubkan dan sekaligus meninabobokan semacam ini, karena sering dibaca sejak kecil maka tanpa sadar telah membius pikiran banyak orang. Bagi seorang gadis berangan angan suatu waktu akan ada pria kaya raya yang akan datang meminangnya dan mereka hidup berbahagia selama lamanya.
Begitu pula seorang pemuda miskin bermimpi, suatu waktu bertemu dengan putri seorang yang kaya raya yang jatuh cinta pada dirinya dan mereka menikah serta hidup berbahagia selama lamanya.
Apakah Kebahagiaan Itu Sesungguhnya?
Tak terhitung banyaknya filosofi tentang makna :"Kebahagiaan"
Ada yang mengatakan:
- Kebahagiaan adalah saat kita mampu mensyukuri karunia Tuhan
- Kebahagiaan bukan dicari ,tapi diciptakan
- Kebahagiaan adalah milik orang yang percaya kepada Tuhan
- Kebahagiaan adalah saat kita bisa membantu meringankan beban hidup orang lain
- Kebahagiaan adalah ketika kita mencintai dan dicintai
- dan seterusnya
Apakah orang orang yang menuliskan falsafah tentang arti dan makna kebahagiaan,sungguh sungguh hidup berbahagia? Tentu hanya dirinya dan Tuhan yang bisa menjawab.
Lalu kalau saya bertanya kepada diri saya sendiri,apakah saya berbahagia?
Jawaban sejujurnya :"Benar saya berbahagia, didampingi wanita yang telah membuktikan cinta dan kesetiaannya dalam suka dan dalam duka. Dalam untung dan malang Kebahagiaan saya dilengkapi dengan kasih sayang anak anak dan cucu cucu, serta mantu cucu kami serta disayangi begitu banyak orang di dunia ini".
Benarkah saya sudah berbahagia sepenuh hati? Disaat saat saya merasa amat berbahagia, tiba-tiba saya ingat cucu kami yang terpencar di Perth, Wollongong, Sydney, Jakarta, dan di Jepang, hati saya mendadak menjadi sedih.
Entah kapan saya dan istri bisa bertemu dengan mereka semuanya atau kemarin, tanggal 22 Agustus saya ingat adik saya Firdaus Effendi yang berulang tahun, tapi ia sudah meninggal beberapa tahun lalu dan kebahagiaan saya meredup.
Ternyata hidup itu tidak seperti kisah Cinderella ataupun kisah Aladin. Ada saat saat dimana kita merasa sangat berbahagia, tapi tidak jarang kebahagian ternoda oleh berbagai masalah hidup yang dihadapi.
Atau mungkinkah karena saya termasuk tipe orang yang baperan? Sementara orang lain dapat merasakan kebahagiaan seutuhnya? Saya sungguh tidak dapat menjawabnya. Mungkin ada yang bisa membantu menjawabnya?
Hanya sebuah renungan di pagi hariÂ
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H