Uang Penting, tapi Bukan Segala-galanya
Kalau ada orang yang mengatakan, "Saya tidak butuh uang", maka patut dipertanyakan kesehatan mentalnya. Karena dapat dikatakan bahwa dalam semua bidang kehidupan kita membutuhkan uang. Contoh aktual misalnya untuk:
- makan
- pakaian
- biaya pendidikan anak
- biaya pengobatan
- kebutuhan hidup lainnyaÂ
Bahkan untuk menjalani ibadah, kita juga butuh uang untuk biaya transportasi atau beli BBM. Mau menyumbang juga butuh uang. Tetapi seperti kata peribahasa, "Money not everything in our life", uang bukanlah segala-galanya dalam hidup kita.
Uang Banyak, tapi Tergolek di Tempat Tidur
Mungkin hampir setiap orang pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, ada orang yang kaya raya tapi tergeletak di tempat tidur karena sakit. Apakah orang yang tergolek sakit berbulan bulan dan tidak bisa berdiri, dapat merasakan nikmatnya memiliki uang banyak? Silakan kita menjawab masing-masing.
Sewaktu kesempatan pulang ke Indonesia, kami menyempatkan diri untuk membesuk seorang teman yang sakit. Sudah lama kami tidak saling berkunjung. Karena Pak Robby sangat sibuk dengan berbagai usahanya. Jadi saya pikir, lebih baik saya manfaatkan waktu untuk mengunjungi teman-teman kami yang hidupnya kurang beruntung, ketimbang mengunjungi teman yang kaya.
Tapi karena dapat kabar Pak Robby sudah agak lama sakit, maka kami menyempatkan diri singgah. Rumahnya di lingkungan Pondok Indah, sangat luas. Selang beberapa saat setelah bel dipencet, maka tampak pintu gerbang dibuka oleh sekuriti. Saya dipersilakan mengemudikan kendaraan ke dalam pekarangan yang luas, karena katanya  parkir di luar tidak aman.
Saya dan istri langsung disambut oleh istri Pak Robby. karena kami sudah saling mengenal sejak masih sama-sama tinggal di Padang. Usia Robby sekitar 15 tahun lebih muda dibandingkan usia saya. Tapi menyaksikan sesosok pria yang kurus pucat tergolek dalam kamar yang mewah, sejujurnya saya hampir tidak mengenal wajahnya lagi.Â
Ia menggerakkan jari tangan, mengisyaratkan agar saya mendekat. Kemudian menggenggam jari tangan saya dan meneteskan air mata. Walaupun saya bukan tipe manusia cengeng, tapi menyaksikan sahabat saya yang dulu gagah dan berbadan tegap kini terbaring bagaikan seorang kakek tua renta, tak kuasa saya menahan air mata.
Robby tampak senang kami datang. Matanya yang tadinya sayu, kini tampak mulai berbinar. Berusaha untuk berbicara, tapi yang keluar hanyalah berupa bisikan yang tidak jelas. Baru beberapa menit tampak nafasnya mulai memburu. Mungkin karena rasa iba hati. Selang beberapa menit kemudian, Robby tertidur.
Menurut istrinya, karena batuk terus menerus, maka dokter memberi obat Code in, yakni obat batuk yang memberikan efek mengantuk. Setelah berbincang-bincang dengan istrinya, maka kami pamitan.
Menyaksikan kondisi Robby, kami sungguh sangat sedih. Namun apa yang dapat kami lakukan selain dari berdoa untuk kesembuhannya? Kami semakin bersyukur bahwa di usia melewati tiga perempat abad, diberikan kesehatan lahir dan batin.Â
Tentu saja hal ini tidak kami dapatkan secara instan, melainkan sejak masih muda kami selalu menjaga kesehatan. Salah satunya adalah dengan berolahraga dan menjauhkan diri dari beban batin, walaupun masalah hidup tetap ada. Salah satunya adalah dengan melakukan olahraga di alam bebas.
Dengan berada di alam terbuka, maka secara fisik memberikan kesempatan kepada tubuh untuk menghirup udara segar yang bebas polusi.
- Pemandangan adalah  penyegaran alami untuk pikiran, hati dan jiwa
- Merasakan kedamaian , mengurangi  semua beban hidup
- Menstimulasi jiwa untuk terus antusias menghadapi hidup
- Melatih diri agar tidak gentar menghadapi berbagai tantangan  Â
Naik 5 Lantai Tanpa Jeda
Salah satu manfaat yang kami rasakan adalah ketika menghadiri acara ulang tahun di lantai 5 sebuah apartemen di Scarborough. Karena apartemen baru siap, lift belum di operasikan. Banyak dari antara tamu yang masih muda tidak yakin kami bisa naik hingga ke atas. Karena itu sudah beberapa kali mereka menyarankan agar kami berhenti di setiap lantai.Â
Namun karena kami sudah terbiasa berolahraga, maka sama sekali tidak menjadi masalah. Ketika kami tanpa jeda, tiba di lantai 5 mereka semua bertepuk tangan. Karena awalnya sama sekali tidak yakin kami mampu naik hingga ke lantai 5 tanpa jeda.
Nah, jangan lupa, bukan hanya kami berdua saja yang menua, tapi semua orang suatu waktu akan menua. Sudah mempersiapkan diri agar tetap sehat lahir batin hingga menua?
Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H