Hidup Hanya Sekali SajaÂ
"Salah membajak sawah,akan rusak padi semusim . Salah memberikan kepercayaan akan sengsara seumur hidup"
Suatu waktu semua orang harus turun panggung. Begitu juga suatu waktu, semua orang akan pensiun. Pensiun berarti tidak lagi bekerja, tapi jangan lupa bahwa biaya hidup tetap berjalan dan tidak pernah pensiun. Bila tiba masa pensiun dan kita baru sadar bahwa diri kita belum siap, maka semuanya sudah terlambat. Karena itu, sedini mungkin sudah harus melangkah ke arah itu.
Waktu bagaikan terbang. Kemarin rasanya anak-anak masih duduk di SD, "tiba-tiba" saja kita baru sadar mereka segera akan memasuki gerbang bangku universitas. Sedangkan diri kita sedang memasuki masa persiapan pensiun. Bagaimana rasanya?Â
Ketika saat ini tiba di depan mata, banyak orang yang kebingungan. Mau lakukan untuk menutupi semua biaya? Kalau mencairkan tabungan, terus bila tiba saatnya pensiun, apa yang dapat dilakukan?
Dalam kegamangan menghadapi masa-masa pensiun, tidak sedikit yang terjebak oleh tipu-tipuan investasi dengan berbagai cara. Mulai dengan investasi perkebunan, investasi pertambangan, investasi emas batangan dan beraneka ragam penipuan lainnya.
Akibatnya sudah dapat dibayangkan. Hasil kerja keras selama hidup yang merupakan satu-satunya harapan keluarga, kini lenyaplah sudah tanpa bekas. Sudah dapat diduga, apa yang bakal terjadi. Kalau tidak menjadi pikun, mungkin menjadi penghuni rumah sakit jiwa atau jangan-jangan nekat menghabisi hidup sendiri.
Salah Meletakkan Kepercayaan
Tulisan ini bukan hasil dari rekayasa pikiran melainkan pengalaman dari beberapa orang sahabat dekat saya yang terkecoh oleh "Arisan Emas Batangan" dan "Investasi di Perkebunan". Pada awalnya malahan saya diajak agar ikut serta karena hasilnya luar biasa menakjubkan.
Bayangkan dalam waktu 3 bulan investasi sudah mendapatkan "pembagian keuntungan" puluhan juta rupiah! Maka tanpa berpikir lebih lanjut mereka serta merta mencairkan deposito di bank dan ikut menanam modal di usaha "Perkebunan" dan "Arisan Emas Batangan".
Sebagai sahabat baik, saya sudah mencoba menyadarkan bahwa semuanya adalah pancingan saja, agar mau menanamkan modal dalam jumlah yang lebih besar. Bahkan saya ceritakan pada mereka bahwa taktik semacam ini sudah ada sejak saya masih muda. Bahkan teknik memancing ini diterapkan di Pasar Malam.
Untuk memancing agar pengunjung mau ikut main dadu, maka ada "tukang pancing" yang seakan akan memasang taruhan dan kemudian menang. Ia bersorak-sorak gembira karena taruhannya menang dan jadi berlipat ganda.
Maka bagaikan kerbau dicocok hidung, para pengunjung pasar malam serta merta mengeluarkan uang dan ikut main dadu. Dalam waktu singkat isi dompet terkuras habis dan berpindah ke bandar judi. Baru sadar ketika isi dompet sudah kosong, namun sudah terlambat.Â
Sahabat saya hanya tertawa dan tetap bersikukuh bahwa perusahaan di mana mereka investasi uang adalah perusahaan bonafide. Walaupun sahabat baik, tentu ada batasan di mana saya tidak berhak mengatur keuangan orang lain. Maka akhirnya saya hanya berdiam diri.
Baru beberapa bulan berjalan, saya dapat kabar bahwa kedua sahabat saya masuk ke rumah sakit karena  mengalami stroke. Ketika kami datang untuk membesuk, rasanya tidak tega menengok wajah mereka yang sudah menua. Padahal usia mereka sesungguhnya 11 tahun lebih muda dibanding saya.
Pukulan batin karena ditipu menyebabkan kedua sahabat baik saya tumbang dan terkena stroke. Saya hanya bisa menangis menyaksikan karena mereka telah memilih jalan hidup mereka sendiri.
Setiap Orang Bebas Menggunakan Uang Mereka Sesuka Hati
Jangan lupa di pundak kita tidak hanya tergantung nasib diri pribadi, tapi juga masa depan anak istri kita. Karena itu persiapkanlah diri dengan melakukan investasi yang aman. Jangan sampai terjebak investasi bodong. Semakin besar keuntungan yang ditawarkan, seharusnya semakin besar pula kecurigaan kita bahwa hal tersebut hanyalah investasi bodong,
Hindari membeli barang bergerak, seperti kendaraan dan kapal, apapun bentuknya, karena akan mengalami penurunan nilai dari tahun ke tahun. Dan kalau mau investasi beli tanah, perlu sangat hati-hati agar jangan sampai terjadi seperti yang saya alami, yakni membeli tanah namun hanya bisa menguasai sertifikatnya. Sedangkan tanah dikuasai orang lain.
Ada niat mau berkongsi dengan orang lain? Mohon agar niat tersebut dibatalkan. Karena akibat berkongsi dagang, kelak yang hilang bukan hanya modal kita, tapi sahabat baik, bahkan saudara sendiri bisa jadi musuh. Dalam peribahasa Cina, "Dalam hal bisnis, percaya orang, buta mata keduanya. Percaya sahabat, buta mata sebelah. Karena uang bisa mengubah hati orang".
Hidup kita hanya satu kali dan bila yang sekali ini gagal, maka tidak akan ada lagi kesempatan kedua. Karena itu jangan sampai salah memilih jalan hidup. Your Choice is your life. Pilihan kita akan menjadi hidup kita.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H