Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berjanji Itu Sangat Mudah, yang Sulit adalah Menepati Janji

4 Juli 2019   19:45 Diperbarui: 22 April 2021   14:01 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berjanji itu sangat mudah. Yang sulit adalah menepatinya (Sumber : andrew petrov via unsplash.com)

Berjanji itu sangat mudah. Yang sulit adalah menepatinya. Karena itu janganlah begitu mudah berjanji, bilamana tidak yakin bisa menepati janji kita. Karena janji adalah hutang,yang harus di lunasi.

Bagi kita janji itu mungkin saja tidak berarti apa apa,tapi jangan lupa, apa yang bagi kita tidak berarti,boleh jadi bagi orang lain sangat dibutuhkan. Mungkin hampir semua orang sudah pernah merasakan, bagaimana menunggu orang yang menjanjikan sesuatu pada kita, tapi kemudian entah alasan apapun, ia lupa akan janjinya. 

Dan ketika bertemu, dengan sangat enteng, sahabat yang berjanji pada kita, sambil tertawa lepas, berkata: "Aduh, maaf ya, saya lupa bahwa kita janji mau ketemu. Maklumlah saya sangat sibuk" Dan kemudian, seakan tidak ada kejadian apa apa, ia berlalu dan meninggalkan diri kita dengan hati yang terluka.

Rasa Sakit dan Kecewa Yang Kita Rasakan,Juga Akan Dirasakan Oleh Orang Lain

Sayangnya banyak orang membiarkan pelajaran hidup yang begitu berharga , berlalu begitu saja. Lupa, bahwa rasa kecewa dan terluka yang pernah dialami,karena ada sahabat yang ingkar janji, juga akan dirasakan oleh orang lain, bilamana justru yang lupa menepati janji adalah diri kita.  

Ilustrasi:https://www.askideas.com
Ilustrasi:https://www.askideas.com
Saya pernah melakukan kesalahan seperti ini. Suatu waktu ketika saya dan istri berkesempatan pulang ke Indonesia, kakak saya satu satunya yang masih tersisa dari total 11 orang bersaudara, menelpon dan mengajak saya dan istri untuk berkunjung ke rumahnya  di Bandung.

Dan secara serta merta saya iyakan. Kemudian karena berbagai kesibukan kesana kemari, saya lupa akan janji untuk menemui kakak saya di Bandung.

Saya baru sadar , ketika malam hari , Dewi putri kakak saya menelpon dan bercerita,bahwa mamanya sudah menyediakan makanan kesukaan saya, yakni lontong kacang dan kue talam udang. Ibu nya sedih karena sejak siang menunggu hingga malam, tapi kami tidak jadi datang, tanpa memberi kabar.

Merasa Amat Bersalah

Saya terdiam mendengarkan tutur kata keponakan saya Dewi dan langsung menelpon kakak saya , untuk minta maaf. Esok harinya subuh, saya sudah mengemudikan kendaraan dari Jakarta menuju ke Bandung, didampingi istri tercinta. Begitu tiba di rumah kakak , kami disambut dengan sangat berbesar hati.

Bahkan kakak ipar saya yang kehilangan dua orang putranya, yakni Ferry Indra dan Herry Indra bersama pesawat MH370 dan tidak ditemukan hingga saat ini, menangis ketika kami salami. Hal ini semakin menyesak rasa sesal di hati saya,karena sudah mengecewakan keluarga kakak saya.

Sejak saat itu,kesalahan ini saya catat dan pateri dalam hati, agar jangan pernah lagi  melupakan janji , kepada siapapun. Terbayang oleh saya , betapa sedih hati kakak saya, yang telah mempersiapkan makanan kesukaan saya , namun hingga malam hari saya tidak datang, karena lupa janji.

Hingga kini, kalau tidak yakin saya bisa menepati janji, maka saya menahan diri untuk tidak mengumbar janji

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun