Menengok istri saya pucat dan kurus kering. Karena disamping mengurus rumah tangga, harus antar jemput anak anak sekolah dan kemudian masih harus mengajar. Akibat kelelahan yang amat sangat,tubuhnya tidak kuat menanggung beban.
Seperti baru bangun dari mimpi buruk,saya sadar alangkah egoisnya saya, karena selama ini hanya meratapi nasib saya karena ditipu bertubi tubi. dan lupa,bahwa sesungguhnya istri saya jauh lebih menderita dibandingkan dengan diri saya. Bayangkan dari istri seorang pengusaha,kini menjadi Sopir antar jemput.
Sejak saat itu, saya bangun dari mimpi buruk kehidupan dan mulai bekerja lagi dari nol. Tentu saja istri saya sangat berbahagia melihat saya sudah sadar diri. Bersyukur dalam waktu tiga tahun kemudian, perusahaan kami pulih kembali.
Pengalaman pahit ini,saya jadikan pelajaran hidup yang paling berharga.Bahwa jangan menempatkan sesuatu menjadi segala galanya dalam hidup ini.Impian atau cita cita sudah menjadi suatu keharusan yang harus dimiliki oleh setiap insan. Karena manusia yang hidup tanpa cita cita ,sesungguhnya sudah mati ,walaupun masih bernafas.
Namun, setinggi apapun cita cita atau impian yang ingin dicapai. Jangan pernah menempatkannya sebagai ”segala galanya” dalam hidup. Hal ini untuk mencegah, seandainya impian atau cita cita tersebut tidak atau belum tercapai, jangan sampai menghempaskan hidup kita dalam stress berkepanjangan.
Semoga tulisan ini ,ada manfaatnya bagi orang banyak
Ditulis berdasarkan pengalaman hidup pribadi
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H