Bertubi-tubi hati kita terluka, apakah semudah itu untuk memaafkan orang orang yang sudah melukai hati kita? Sejujurnya, memaafkan adalah kata yang sangat indah, tapi mempraktikan membutuhkan kesadaran jiwa yang mendalam.Â
Kita harus memilih, hidup memendam kebencian dan dendam, atau memaafkan mereka yang telah melukai hati. Saat inilah merupakan ujian hidup yang paling sulit bagi kita.Â
Hidup dalam kemiskinan memang tidak mudah, tapi jauh lebih sulit memaafkan orang yang sudah menghancurkan hidup kita. Ibarat dalam ujian, kita harus memilih: "Ya" atau "tidak", kita harus memberikan jawaban.Â
Kalau salah menjawab ,berarti kita tidak lulus dalam ujian hidup. Hidup menyimpan dendam akan meniadakan kesempatan bagi kita untuk merasakan kebahagiaan. Karena itu, satu-satunya jalan adalah memaafkan. Saya bersyukur kepada Tuhan, saya lulus ujian hidup.Â
Ternyata hidup tanpa dendam dan kebencian sungguh menghadirkan kedamaian yang mendalam di hati kita. Hidup tanpa kebencian memberikan kita kebebasan yang sejati. Semua tempat menjadi zona yang aman dan nyaman bagi kita.Â
Seperti lirik lagu "Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang", Tiada hari tanpa rasa syukur, karena kita sudah berhasil memutuskan belenggu jiwa berupa dendam dan kebencian.
Ditulis berdasarkan pengalaman hidup pribadi
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H