Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana Kita Menilai Sebuah Undangan?

11 Juni 2019   08:01 Diperbarui: 11 Juni 2019   08:09 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu lalu ada undangan Breakfast bagi kami berdua. Tentu saja kami sangat senang. Bukan karena akan dapat makan gratis,melainkan karena ternyata di negeri orang,kami berdua mendapatkan posisi sebagai orang yang termasuk dalam daftar undangan. 

Karena kalau sekedar makan pagi ,kami tidak usah repot kemana mana. Cukup sebungkus Indomie dan sebutir telur,serta secangkir cappucino sudah cukup nikmat bagi kami berdua.

Tapi santap pagi bersama dengan orang orang yang berasal dari berbagai suku bangsa di dunia,sungguh merupakan sebuah kehormatan bagi kami berdua,yang bukan siapa siapa. Tapi ternyata Restorannya berada di lokasi yang cukup jauh,yakni di daerah Victoria Park yang lumayan jauh dari kediaman kami. 

Namun, demi menghargai orang yang mengundang, maka  pagi kami sudah harus keluar dari rumah dan berkendara untuk menghadiri ibadah Minggu di gereja Redemptoris yang dimulai jam 7.00 pagi.  

Udara di musim dingin,lumayan menggigit walaupun sudah menggunakan jaket. Usai Misa jam 8.15 kami langsung menuju ke Restoran dimana kami diundang untuk Sarapan Pagi bersama. Kami tiba tepat waktu dan langsung menuju ke lokasi undangan dan disambut dengan sangat ramah.

Setelah saling menyapa sana sini, maka kami dipersilahkan mengambil tempat duduk ,untuk langsung mengambil makanan ala Buffet, yakni boleh makan sepuas puasnya. Jadi kita ambil piring yang sudah tersedia, kemudian berjalan mengelilingi meja makan yang penuh dengan aneka ragam makanan dan minuman, serta kue kue yang menarik hati.

Suasana bersahabat dan mendapatkan sambutan hangat,kami sama sekali tidak merasa risih,walaupun diantara sekitar seratus orang undangan,hanya kami berdua ,orang Indonesia.

Ternyata berada diantara berbagai suku bangsa yang berasal dari berbagai negara,sama sekali bukanlah halangan untuk menjalin persahabatan. Kami menikmati makanan dan minuman, sambil saling bercerita hilir mudik.

Berkali kali kami membuktikan,bahwa hidup rukun dan damai dalam segala keberagaman, sungguh menciptakan kebahagiaan tersendiri.Syaratnya hanya satu ,yakni :" Saling menghargai" 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun