Selembar Rambut Dalam Makanan, Dapat Menyebabkan Restoran Bangkrut
Tanpa perlu melakukan penelusuran lewat Google, kemungkinan besar  kita semua sudah pernah mendengarkan, bahwa ada restoran yang di dalam masakannya  ditemukan selembar rambut. Selembar rambut, tidak akan membuat orang celaka, karena bisa dikeluarkan atau memanggil pelayan restoran ,untuk diganti dengan yang baru.Â
Tetapi masalahnya  bukan terletak pada selembar rambut yang ada dalam makanan saja, tapi selera makan menjadi lenyap. Walaupun diganti dengan makanan baru secara gratis namun sesungguhnya kita sudah tidak bisa lagi menikmatinya.Â
Karena yang terbayang dalam pikiran kita, kalau yang tampak dengan kasat mata saja sudah tidak bersih, apalagi kebersihan koki restoran dalam mempersiapkan makanan di dapur yang tidak terlihat.Â
Satu keluarga menemukan selembar rambut dalam makanan,maka berita ini dengan cepat akan tersebar ke seluruh anggota keluarga yang bersangkutan  dan semua kenalannya.
Pesan yang disampaikan sudah jelas "Jangan makan di restoran ANU,karena tidak bersih,ada rambut dalam masakan".Â
Nah, awalnya mulai dari selembar rambut, semakin hari ,pengunjung restoran semakin sepi dan akhirnya tutup. Â Ini bukan hasil khayalan,tapi terjadi di kampung halaman saya .
Kembali ke Judul
Kita semua pasti tahu dan memahami arti dan makna dari kata "melayat" tanpa harus buka kamus online. Secara umum, melayat menunjukkan kedekatan kita dengan orang yang sudah  almarhum atau dengan salah seorang dari keluarganya.Â
Melayat kerumah duka,tentu merupakan tindakan yang sangat mulia.Bukan hanya untuk menunjukan kepedulian,tapi sekaligus menghargai sosok yang meninggal,serta sekaligus menghormati keluarga yang masih hidup.Â
Namun,melayat seharusnya diawali datang dari lubuk hati yang terdalam,tanpa ada motivasi lainnya,yakni murni melayat ya melayat. Jangan sampai diaduk dengan niat lain,sehingga maksud hati melayat,namun sekaligus menyayat hati orang yang sedang berduka
Orang Berduka Sangat Sensitif
Bercanda itu bagus.Tetapi di rumah duka bercanda bisa melukai hati orang yang sedang berduka.Karena itu niat baik untuk menghibur orang berduka ,hendaknya disampaikan secara arif.
Satu kata yang keliru terucap, dapat memupus makna layatan yang kita lakukan.Dan bisa jadi niat melayat,berubah menjadi menyayat hati keluarga yang sedang dirundung kedukaan.
Suatu waktu ,ketika salah satu kakak kandung saya meninggal, sebagai adik kandung,saya ikut melayani tamu yang datang melayat. Salah seorang tamu datang mendekat ,menyalami dan langsung mengambil tempat duduk samping saya. Â
"Sayang sekali ya. Kakak anda kan kaya,seharusnya dilarikan ke rumah sakit di Singapore,mungkin masih bisa tertolong. Kini,apa gunanya uang banyak?"
Mendadak darah saya terasa naik hingga ke ubun ubun, tanpa sadar jari tangan saya terkepal. Tapi syukur saya sadar ,bahwa kami sedang berduka dan ada ratusan tamu yang datang melayat. Saya tidak boleh menodai hari duka kakak kami.Â
Maka dengan berbisik saya sampaikan kepada tamu tersebut yang tampak sebagai orang terpelajar dan kaya "Maaf pak, malam kemarin kakak saya sakit dan langsung dilarikan ke rumah sakit, tapi jam 2.00 subuh sudah berpulang dan dokter di Singapore,  tidak  mungkin bisa menghidupkan kembali kakak saya yang sudah meninggal "
Syukur yang bersangkutan tidak melanjutkan lagi celotehnya. Hal ini jadi pelajaran berharga bagi saya,setiap kali melayat mengingatkan diri saya agar jangan sampai melayat dan sekaligus menyayat hati orang yang sedang berduka.