Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindari Melayat dan Sekaligus Menyayat

5 Juni 2019   08:40 Diperbarui: 5 Juni 2019   08:47 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang Berduka Sangat Sensitif

Bercanda itu bagus.Tetapi di rumah duka bercanda bisa melukai hati orang yang sedang berduka.Karena itu niat baik untuk menghibur orang berduka ,hendaknya disampaikan secara arif.

Satu kata yang keliru terucap, dapat memupus makna layatan yang kita lakukan.Dan bisa jadi niat melayat,berubah menjadi menyayat hati keluarga yang sedang dirundung kedukaan.

Suatu waktu ,ketika salah satu kakak kandung saya meninggal, sebagai adik kandung,saya ikut melayani tamu yang datang melayat. Salah seorang tamu datang mendekat ,menyalami dan langsung mengambil tempat duduk samping saya.  

"Sayang sekali ya. Kakak anda kan kaya,seharusnya dilarikan ke rumah sakit di Singapore,mungkin masih bisa tertolong. Kini,apa gunanya uang banyak?"

Mendadak darah saya terasa naik hingga ke ubun ubun, tanpa sadar jari tangan saya terkepal. Tapi syukur saya sadar ,bahwa kami sedang berduka dan ada ratusan tamu yang datang melayat. Saya tidak boleh menodai hari duka kakak kami. 

Maka dengan berbisik saya sampaikan kepada tamu tersebut yang tampak sebagai orang terpelajar dan kaya "Maaf pak, malam kemarin kakak saya sakit dan langsung dilarikan ke rumah sakit, tapi jam 2.00 subuh sudah berpulang dan dokter di Singapore,  tidak  mungkin bisa menghidupkan kembali kakak saya yang sudah meninggal "

Syukur yang bersangkutan tidak melanjutkan lagi celotehnya. Hal ini jadi pelajaran berharga bagi saya,setiap kali melayat mengingatkan diri saya agar jangan sampai melayat dan sekaligus menyayat hati orang yang sedang berduka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun