Setelah beberapa hari menghadiri pernikahan putra  dari keponakan di Melbourne ,maka kemarin sore dengan menumpang pesawat Tiger Air,kami balik ke Sydney dan mendarat dengan selamat di Bandara Sydney.
Disana sudah  menunggu putri kami dan setibanya di kota Wollongong,kami diajak untuk menikmati santap malam di Out Back Restoran.
Kali ini,kami tidak menginap di rumah puteri kami,seperti biasanya,melainkan di rumah teman kami Paul dan Elaine,di  salah satu desa di Helensburg, yang berjarak sekitar 40 Km dari kota Wollongong.kami sudah saling kenal sejak awal pertama tinggal di NSW dan dilanjutkan dengan saling  berkunjung, Bahkan beberapa kali Camping bersama sama diluar kota. Karena sudah berkali kali diajak menginap dirumah mereka, rasanya tidak enak juga, kalau terus kami tolak. Maka sebelum kembali ke Perth,ketika kembali  kami diajak,langsung  kami mengiyakannya.
 Perjalanan dari Wollongong menuju kesini  membutuhkan waktu sekitar 40 menit,karena Vila berlokasi agak jauh kedalam. Kami tiba sudah malam sekitar jam 9,15 dan langsung diterima oleh tuan rumah Mengingat bahwa keesokan harinya, Paul dan Elaine ,harus berangkat kerja pagi pagi ,karena harus mengantarkan kedua putranya kesekolah,sebelum kekantor,maka kami hanya ngobrol beberapa saat.
Elaine,menunjukan kepada istri saya, bagaimana  mengoperasikan kelengkapan alat dapur ,kalau mau memasak sesuatu , Dan tidak lupa memberikan password untuk Wifi.
Kemudian meminjamkan  kunci rumah ,sehingga kami bebas mau keluar dan kembali kapan saja. Mengingat suami istri keduanya berkerja sejak pagi dan baru kembali dimalam hari.karena kantornya di Sydney
Pagi tadi,kami terbangun oleh kicauan burung yang amat indah.Ketika membuka  jendela kamar,terasa angin yang cukup dingin menyeruak masuk dan menerpa wajah. Namun rasa dingin ini,dikalahkan oleh  pemandangan asri yang dapat disaksikan melalui jendela kamar,karena kamar tempat kami menginap berada di lantai atas.
Diperkampungan ini, walaupun sudah memasuki musim gugur.namun pepohonan masih tampil menghijau. Saya mencoba memperhatikan seluruh ruas jalan yang sudah diaspal secara apik,tak tampak ada sampah yang tercecer. Rerumputan yang dipotong rapi dan apik.Â
Oleh karena itu,saya mencoba mengabadikannya lewat ponsel,sebagai kenangan bahwa kami pernah merasakan bagaimana nikmatnya menginap di perkampungan di Australia.
Walaupun lokasinya cukup jauh masuk kedalam,namun selama kami mengelilingi lokasi ini, tidak tampak ada rumah rumah yang sudah usang,apalagi gubuk. Rata rata rumah disini,baru dibangun dalam sepuluh tahun belakangan ini ,karena daerah ini merupakan  daerah permukiman baru,walaupun masih tampak sepi dari penduduk.
Kami turun dan jalan kaki perlahan lahan,sambil menghirup udara pagi yang sejuk dan bebas polusi. Tidak ada bunyi ayam  yang berkokok,karena diperumahan tidak diijinkan untuk memelihara ayam. Â
Setelah cukup lama berjalan kaki berkeliling,udara musim gugur dipagi ini,berkisar antara 12 -13 derajat Celcius,menyebabkan perut terasa lapar. Disini tidak ada Cafe  dan pasti tidak akan dijumpai Pedagang yang menjajakan Bakso, sate atau gado gado. Maka kami berjalan kembali kerumah teman kami dimana kami menumpang menginap. Menikmati secangkir Capucinno di pagi sejuk,sungguh terasa sangat nikmat, apalagi ditambah dengan semangkok mie ,yang disediakan istri.
Sambil duduk menikmati indahnya keasrian pemandangan di perkampungan di negeri orang,rasa syukur kami melambung tinggi. Kami bersyukur dikaruniai kesehatan lahir batin dan mendapatkan orang orang yang menjadi sahabat baik kami di negeri orang. Menjalin hubungan persahabatan,tidak harus dengan orang sesuku  atau sebangsa. Kita bisa bersahabat dengan siapa saja,karena persahabatan yang tulus bersifat lintas suku dan budaya.
Ditambah dengan tubuh yang sehat lahir batin dan suasana hati yang gembira, secangkir capunccino dan semangkuk Indomie ,sudah lebih dari cukup untuk menghadirkan suka cita dalam jiwa kami. Untuk kesekian kalinya,kami membuktikan,bahwa untuk dapat menikmati hidup,tidak harus dengan makanan yang mahal ataupun menghabiskan uang di restoran mewah.Yang penting adalah kedamaian dalam hati.
Helensburg, 7 Mei,2019
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H