Kalimat Ini Patut Dijadikan Renungan Diri
Kalau ada orang yang merayakan hari ulang tahunnya setiap hari,tidak ada seorangpun di dunia ini yang berhak melarang,selama merayakan dengan uang sendiri dan tidak mengganggu orang lain.Â
Begitu juga bila ada yang merasa yakin keluar sebagai Pemenang dan merayakan kemenangannya berkali kali,lalu  apa urusannya dengan kita? Bukankah setiap orang berhak menggunakan uangnya ,sesuka hatinya,selama tidak melanggar aturan yang ada?
Ada Hal Menarik Yang Patut Dijadikan Renungan
Saya tidak berani mengomentari tentang ,apakah  rayakan kemenangan terlalu pagi, melawan takdir atau tidak,karena sama sekali tidak memahami hal tersebut.
Yang menurut saya kalimat yang patut dijadikan renungan diri adalah kalimat yang diucapkan oleh Kapitra Ampera, yakni: "Kalau ada pihak-pihak di luar kelompok 01 justru merayakan kemenangan, saya pikir ini memperdalam lukanya sendiri," ,seperti dilangsir oleh https://metro.tempo.co
Kalimat yang sangat biasa dan tidak merupakan hal yang  spektakuler,namun mengandung pesan moral mendalam,yang layak dijadikan renungan diri.Siapa sesungguhnya sosok yang bernama Kapitra Ampera ini? Sejujurnya saya tidak tahu,apalagi mengenalnya. Akan tetapi quote:" Jangan melihat siapa yang berbicara,tapi dengarkanlah apa yang dikatakannya",maka rasanya tidak ada salahnya ,kalimat ini dijadikan renungan diri bagi semua pihak.
Karena apa yang kita pastikan,masih tetap merupakan sebuah tanda tanya,sebelum terbukti secara konkrit. Dan bila setelah  merayakan  kemenangan berkali kali dan ternyata kelak yang keluar sebagai Pemenang adalah orang lain,bukankah terbukti bahwa :"Merayakan kemenangan terlalu dini,hanya akan memperdalam luka sendiri?"
Jadi Ingat Pengalaman TetanggaÂ
Sewaktu masih tinggal di Pasar Tanah Kongsi, pagi pagi sekali sudah tampak sesuatu yang berbeda dengan tetangga kami yang usaha kedai kopi. Kalau biasanya yang datang minum kopi bisa dihitung dengan jari tangan,tapi kali ini berjubel yang datang,bahkan rela minum kopi dan makan kue ,sambil berdiri.
Dalam hitungan detik, saya sudah dapat berita,karena jarak kedai kami hanya sekitar 4 meteran. Ternyata Pak Toni,tetangga kami menang lotere. Saya datang mengucapkan selamat namun tidak  ikut menikmati kopi dan kue gratis. Bahkan semua perabotan yang ada ,dibagi bagikan kepada siapapun yang mau mengambilnya, termasuk kelengkapan masak memasaknya.
Tetapi menjelang tengah hari, tiba tiba suasana yang tadinya penuh tawa dan ceria,tiba tiba terdengar istri pak Toni, menangis sangat sedih. Sebagi tentangga, kami ikut bergegas datang untuk menengok ada apa gerangan? Ternyata, pak Toni pingsan karena shock. Karena ternyata Pak Toni  keliru mencocokkan tanggal undiannya, sehingga ketika ia ke agen lotterai untuk menguangkan kemenangannya, tentu saja ditolak,karena sudah diuangkano oleh Pemenang yang sesungguhnya.Â
Tetangga, yang sudah terlanjur mengambil perabot rumahnya,secara diam diam mengembalikan lagi kerumah pak Toni. Namun ,sejak saat itu Pak Toni sudah tidak jualan lagi. Setiap hari hanya duduk didepan kedai,sambil ketawa dan menangis, tanpa sebab. Selang beberapa minggu kemudian, Pak Toni meninggal dunia,karena merasa malu dan batinnya sangat terpukul.
Peristiwa tersebut sudah berlalu hampir setengah abad lalu,namun bagi saya sungguh merupakan sebuah pelajaran hidup yang sangat berhara,agar jangan terlalu cepat berpuas diri. Percaya diri memang sangat baik, tapi over confidence, hanya akan mempertinggi tempat kita jatuh.Â
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H