Saya hanya merujuk pada apa yang saya alami di TPS yang berlokasi di KJRI Sydney yang terletak di 236-238 Maroubra Rd, Maroubra NSW 2035.
Sewaktu kami tiba yang tampak hanya belasan orang di dalam pekarangan KJRI, bahkan kami masih dapat tempat duduk di sana. Hingga siang hari belum tampak ada keramaian.
Baru ketika kami meninggalkan TPS lewat dari jam 16.00 tampak antrean di luar pagar KJRI, itu jumlahnya juga tidak banyak, paling hanya sekitar 30 orang saja.Â
Konon di TPS yang berlokasi di Towns Hall ada ribuan yang antre tapi saya tidak hadir di sana, sehingga tidak tahu apa yang persis terjadi disana, sehingga menurut sumber Tribunnews ada ribuan orang yang tidak dapat mencoblos.
Sejak bulan Juni tahun 2018, saya dan istri sudah mendaftar tanpa ada kesulitan. Karena sebelumnya kami tidak memahami prosedur pendaftaran sebagai pemilih yang tinggal luar negeri, maka saya minta tolong ke Pak Lim Setiawan yang adalah juga seorang Kompasianer yang berdomisili di Perth untuk membantu dalam proses pengurusan.
Kami memberikan data-data berupa fotokopi paspor, tanda bukti alamat jelas, alamat email, dan nomor telpon.
Dalam waktu 24 jam, kami sudah menerima konfirmasi bahwa nama saya dan istri sudah tervalidasi dan sah masuk ke dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu 2019.Â
Agar Jangan Sampai Kehilangan Hak SuaraÂ
Terlepas dari siapa yang salah, sehingga di beberapa lokasi TPS di luar negeri terjadi keributan dan kekecewaan, maka alangkah bijaknya bila pemilih di Indonesia, menghindari datang berbondong-bondong mendekati jam penutupan.Â
Tulisan ini, tentu bukan dalam kapasitas menghimbau melainkan hanya semata-mata merupakan bentuk kepedulian dari salah satu orang Indonesia yang kebetulan domisili di Australia.
Berbagai pengalaman tidak menyenangkan di luar negeri jangan sampai terulang lagi di negeri kita. Bukankah lebih baik mencegah daripada menunggu hingga kejadian yang tidak diinginkan terulang lagi di Indonesia?