Dari Indonesia ya?" Sebuah sapaan ramah dan santun dalam bahasa negeri sendiri membuat siapa pun takkan mungkin berpaling ke toko lain untuk berbelanja.
Berbelanja di sini serasa berbelanja di Tanah Abang. Tawar-menawar dalam bahasa Indonesia dan sambil berbelanja bisa sekalian saling bertukar kisah hidup secara tidak langsung akan menjadi sarana promosi yang efektif dan gratis bagi pemilik toko. Buktinya dengan sekali berbelanja, nama toko "Austin" sudah langsung melekat dalam pikiran.
Mbak Rita yang mengaku "baru" 3 tahun bekerja di sini mengatakan bahwa toko ini bukanlah satu-satunya milik orang Indonesia, tapi masih ada lagi beberapa buah yang lain. Berbelanja di sini, di samping seperti berbelanja di negeri sendiri, juga sangat terasa suasana nyaman dan aman. Misalnya, tak ada orang yang lagi mikul barang keluar-masuk dan begitu juga tak ada pedagang es atau cendol yang hilir-mudik di sela-sela toko-toko ini.. Semua barang yang ada diberi label harga, yang berarti siapapun pembelinya, harganya sama. Karena yang terjadi selama ini adalah ketika pembeli orang asing, pemilik toko menaikkan harga semaunya sehingga cukup sekali dan orang tidak pernah lagi akan datang berbelanja karena merasa tertipu.
Pasar Salamanca
Pasar ini terdapat di Hobart, Pulau Tasmania. Sepintas, tampaknya hampir tidak ada bedanya dengan pasar raya di Padang atau pasar di Bukittinggi dekat jam gadang.Â
Tapi begitu kita melangkah lebih jauh, tenyata banyak sekali wisatawan dari berbagai negara yang berbelanja di sini. Ada turis dari China, Malaysia, Korea khusus datang ke Pulau Tasmania ini.Â
Untuk berkunjung ke sini, tentu bukan sekadar tengok-tengok, tapi mereka tampak berbelanja dengan sangat antusias. Mungkin karena barang-barang tersebut tidak ada di negeri asal mereka.
Terutama hasil kreasi seni karya penduduk lokal yang dalam bentuk peralatan dapur terbuat dari kayu murni, tanpa mengunakan lem, besi, paku, atau alat perekat dan pengikat lainnya. Seperti panci tempat sayur, tempat buah di ruang tamu.Â