Warisan Dapat Menjadi Berkah atau  Kutukan Bagi Anak Cucu
Orang tua bekerja keras siang dan malam,demi untuk masa depan anak anak mereka,bahkan  berusaha agar dapat mengumpulkan harta yang kelak dapat dibagikan kepada anak anak sebagai warisan.Â
Tentu saja hal ini merupakan niat  yang sangat baik,karena orang tua berharap cukuplah dirinya yang merasakan pahit getirnya hidup dalam kemelaratan,jangan sampai kelak anak anak juga ikut merasakannya.
Akan tetapi ,siapa yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi belasan tahun atau bahkan puluhan tahun kelak? Ternyata,apa yang terjadi,tidak selalu selaras dengan niat baik dari orang tua yang telah bekerja keras selama puluhan tahun, karena ingin menghadiahkan kehidupan yang lebih baik kepada anak cucunya kelak.Bahkan justru sebaliknya yang terjadi ,harta yang yang rencananya dijadikan warisan,bukannya menjadi berkah,malahan berubah menjadi kutukan bagi anak anak mereka.
Ketika Harta Warisan Berubah Menjadi Racun
Sesungguhnya,tidak perlu mencari referensi,bahwa niat awal untuk menurunkan harta warisan kepada anak cucu,ternyata kelak berubah ujud dari berkah,menjadi racun dan sekaligus berbuah kutukan.
Karena terjadi dimana mana dan merambah semua lapisan masyarakat,apapun sukunya apapun agamanya. Satu lagi bukti,bahwa uang memiliki energi negatif,yang mampu mengubah hati orang baik baik,menjadi seorang pembunuh,hanya demi mendapatkan cintanya,yakni :"uang!"
Sebagai tambahan, saya kutip berita yang dilansir oleh kompas.com beberapa waktu lalu:
Bunuh Adik kandung ,demi menguasai warisan
Karena ingin menguasai harta warisan, seorang warga Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, berinisial HR, tega menghabisi nyawa sang adik kandung, Ratna (40). Pelaku HR sengaja menyuruh orang lain yang masih saudara sepupunya berinisial IL untuk membunuh korban dan memberikan uang sebesar Rp 5 juta. "
Ibu Kandung Digugat 3 Anaknya ,karena menuntut warisan
Karena harta warisan, seorang ibu di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Fariani (51), digugat oleh tiga orang anak kandungnya sendiri. Ketiga anaknya menuntut harta warisan berupa beberapa bidang hektar tanah senilai Rp 15 miliar dan rumah milik Fariani dan almarhum suaminya, Ipda Purnawirawan Matt (sumber: https://regional.kompas.com)
Terjadi Disekeliling KitaÂ
Saat saat ketika anak anak memasukan jenazah ayahnya kedalam peti mati,yang seharusnya merupakan momentum yang hikmat,karena saat itulah kesempatan terahkit anak anak dan seluruh anggota keluarga melihat untuk terakhir kalinya wajah orang yang sama sama mereka cintai. Namun yang  terjadi justru,anak anak saling berantem,memperebutkan harta warisan. Hal ini saya saksikan sendiri .Â
Karena itu ,sejak anak anak kami masih di SMP,kami sudah memberitahu mereka,bahwa kami tidak akan meninggalkan harta warisan. "Warisan dari papa mama ,hanyalah pendidikan" dan selanjutnya kalau masih ada uang tersisa,papa mama akan gunakan untuk menikmati hari tua.
Ketika ayah saya meninggal dan begitu juga ketika ayah dari istri saya meninggal,kami berdua tidak mau  mengambil satu sen pun dalam bentuk apapun. Bahkan uang ayah saya yang dititip pada saya dalam jumlah yang cukup besar saya bagikan kepada dua orang kakak perempuan saya dan tidak satu senpun saya gunakan untuk keperluan pribadi.
Karena itu,sewaktu kita masih hidup,kalau memang ada harta,maka hendaknya secara bijak membagikannya. jangan tinggalkan bom waktu yang bisa meledak dan menghancurkan anak anak kita.
Ada yang bertanya:"Masih hidup koq sudah membagi warisan?"Nah,jawabanya sangat sederhana,yakni:"Orang yang sudah mati,tidak bisa lagi bagi bagi warisan" Betul atau salah?
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI