Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyaksikan Kinerja Staf Konjen RI di Perth

8 Maret 2019   22:51 Diperbarui: 9 Maret 2019   00:18 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patut Dijadikan Contoh

Karena kami seringkali melakukan perjalanan keluar negeri, maka urusan paspor termasuk dalam prioritas perhatian. Karena sudah mendekati masa akhir batas waktu untuk dapat digunakan, maka minggu lalu, kami langsung ke Konsulat Jenderal RI di Perth. 

Parkir kendaraan di depan kantor Konsulat tapi jangan lupa membayar tiket parkir senilai 5 dolar perjam. Kalau tidak bawa koin, bisa menggunakan kartu debit ataupun kartu kredit. Selesai parkir, maka berbeda dengan di Indonesia, tiket dilarang diletakkan di dalam kendaraan, justru di Australia, tiket parkir wajib diletakkan di dasboard kendaraan, sehingga mudah dilihat oleh petugas parkir. 

Pastikan, ketika menutup pintu kendaraan, tiket tidak terjatuh ke lantai mobil. Karena kalau hal ini terjadi dan pas ada pemeriksaan, maka walaupun sudah bayar tiket, tapi karena ketika petugas parkir, memeriksa di dashboard ia tidak melihat ada tiket parkir, maka pada kaca mobil akan ditempelkan surat tilang.

dokpri
dokpri

Mau Masuk Harus Tekan Tombol Bel

Bila urusan parkir sudah beres, maka dengan menaiki anak tangga, kita akan berhadapan dengan pintu besi. Tidak perlu berteriak teriak, agar pintu dibukakan, melainkan cukup menekan tombol bel dan kemudian petugas akan membuka secara otomatis dari dalam. Begitu masuk ambil tiket yang terletak di depan loket dan kemudian duduk menunggu. Jangan menjeret sana-sini,karena ada larangan untuk memotret ataupun mengambil video dalam ruangan tersebut.

Kami diterima oleh Mas Breilin dengan santun dan ramah. Menuliskan apa saja surat-surat yang perlu dibawa. Dan kemudian pesan kepada kami, agar membuat janji via online, kapan kami boleh datang, agar jangan sampai menunggu terlalu lama. Hal ini perlu menjadi perhatian, karena walaupun kita bayar parkir, tapi aturan tertulis adalah: "Maksimal 1 jam" 

Maka sesuai pesan dari Mas Breilin, kami membuat janji untuk datang via online  .Setelah semua surat surat lengkap, sesuai janji, kami datang lagi ke KJRI di Perth. Diterima oleh Mbak Sita, yang menurutnya lahir di Semarang . 

Sambil memeriksa kelengkapan surat surat ,kami sempat saling bertukar cerita dengan Mbak Sita. Sama sekali tidak ada kesan formal-formalan, apalagi kesan angkuh sebagaimana biasa kalau kita berurusan dengan kantor pemerintah.

Kami berbicara santai dan Mbak Sita mengisyaratkan bahwa semua kelengkapan sudah komplit . Dan membayar 47 dolar, dengan menggunakan kartu kredit atau kartu debit, karena tidak menerima uang tunai.  Kemudian kami diberitahukan, bahwa akan diberitahu via email ,kapan kami boleh jemput

surat tanda terima berkas /dokumentasi pribadi
surat tanda terima berkas /dokumentasi pribadi
Pemberitahuan via Email Paspor Sudah Boleh Dijemput

Kami menerima pemberitahuan via email. Isinya juga jauh dari kesan formal, yakni :"Selamat sore Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina, Paspor sudah siap dan boleh dijemput sesuai jam yang dicantumkan. Terima kasih"

Sore tadi kami kembali ke KJRI dan diterima oleh Mbak Vega. Selang beberapa menit, Paspor sudah diserahkan kepada kami. Kemudian mbak Vega mengingatkan, "Bapak dan Ibu, jangan lupa ya,sebelum digunakan, Paspor ditanda tangani terlebih dulu, pada kolom di halaman 48. Agar jangan sampai keliru, mari saya tunjukan ya."

Setelah menunjukkan kepada kami di mana harus ditandatangani, kembali mbak Vega mengingatkan, "Oya,bapak dan ibu jangan lupa ya, lapor ke kantor Imigrasi. Tidak usah datang, cukup via telpon saja, agar visa secara otomatis dialihkan ke paspor baru." 

Sejak dari awal, kami dapat merasakan kehangatan dalam layanan para Staf di KJRI ini. Tak ada kesan menempatkan diri sebagai sosok orang penting. Bahkan kami merasakan bagaikan berbicara dengan keluarga sendiri. Ketika kami pamitan, Mbak Vega dan Mbak Sita masih menengok ke arah kami dan berpesan, "Hati hati ya Pak..bu" Kinerja dari para Staf Konsulat Jenderal RI di Perth ini, sungguh patut dijadikan contoh teladan oleh staf kantor pemerintah lainnya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun