Kendati Zaman Jadul Sudah  Berganti Menjadi Zaman MilenealÂ
Setiap kali mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Padang, saya dan istri tidak akan melewatkan kesempatan untuk melakukan napak tilas ke lokasi perjalanan hidup kami; ketika terpuruk mencapai titik nadir.
Begitu juga kunjungan kali ini walaupun praktis kami cuma memiliki satu hari penuh di Kota Padang dan telah menjadwalkan pertemuan di Rumah Makan Bernama pada jam 12.00 siang, tapi kami mencoba mengisi waktu luang di pagi hari dengan mengunjungi kedai dimana kami pernah tinggal selama bertahun-tahun dengan mengandalkan berjualan kelapa parut.
Dengan menggunakan kendaraan yang dipinjamkan adik maka usai sarapan kami langsung menuju ke Pasar Tanah Kongsi.
Kami parkir agak jauh dari pasar agar jangan sampai mengganggu aktivitas mereka yang sedang berusaha mencari nafkah.
Sepintas, secara fisik, memang sudah tampak perubahan di pasar ini, antara lain, sudah tidak ada lagi tumpukan sampah di tengah jalan dan tidak lagi ditemui bangkai kucing ataupun bangkai tikus yang sudah mengelembung dicampakkan orang di tengah pasar seperti masa dulu.Â
Perubahan lainnya dapat ditengok dari keberagaman para pengunjung pasar tradisional ini.
Kalau dulunya didominasi oleh warga keturunan Tionghoa, kini para pengunjung sudah membaur dari berbagai suku. Baik warga keturunan Tionghoa, Orang Minang, Batak, Nias dan orang Jawa yang kebetulan bermukim di Padang. Sebuah langkah maju sudah membuat hati kita menjadi lega.
Namun ketika kami singgah ke kedai di mana kami dulu tinggal selama beberapa tahun dan kemudian berbicara dengan mantan tetangga kami semasa dulu, ternyata hidup mereka rata-rata masih seperti yang dulu: bangun jam 4.00 subuh mempersiapkan kelengkapan  untuk membuat: kue sepit ataupun memasak lontong, serta aneka ragam masakan lainnya.
Karena, bila mentari sudah terbit, mereka sudah harus siap melayani calon pembei.