Saya langsung menjawab:" Mohon maaf mbak Christie, kami terjebak kemacetan" Syukurah tidak berapa lama kemudian, kembali ada pesan masuk dari mbak Christie bahwa sudah berada di lantai atas.
Saya tidak bertanya lagi siapa yang membantu, yang penting, mbak Christie tidak sampai  berjemur di terik matahari menunggu kami tiba.
Sisca mengatakan: "Pak Tjip dan bu Rose, silakan naik dulu, saya cari tempat parkir, ntar saya menyusul ke atas".
Ternyata di ruang VIP dilantai atas sudah ada mbak Christie dan mas Arief, serta mas Mahendra yang datang dengan putranya.
Kami langsung bersalaman, karena ini baru pertama kalinya bertemu dengan mas Mahendra dan mas Arief, kalau dengan mbak Christie sudah pernah ketemu sebelumnya, ketika kami sama sama diundang makan siang di istana.
Kemudian, menyusul pak Katedra Jawen, pak Edy Priatna, Pak Thamrin Sonata, Pak Ganendra. Pak Iskandar Zulkarenain dan Pak Ikhsson Choirul, serta pak Johanes Krismono.
Ada rasa haru dalam dada mendengarkan bahwa pak Kate minta cuti sehari, begitu juga dengan Mbak Sisca dan pak Johanes Krisnomo yang datang dari Bandung khusus untuk bisa bertemu.Â
Pak Edy Supriatna, yang harus menempuh perjalanan 3,5 jam untuk bisa tiba di sini dan  Mbak Christie yang dengan susah payah untuk bisa datang dalam pertemuan ini.
Sementara pak Thamrin dan Pak Ikhsson serta pak Iskandar Zulkarnain yang datang dengan kereta api. Bagi kami merupakan sebuah penghargaan yang tidak terhingga.
Usai kami santap siang, sambil saling berebut bicara dari ke timur, tiba tiba ada mbak Hennie dan seorang Pendeta yang tiba secara bersamaan waktunya dan kemudian disusul oleh Mbak Indria Salim.