Dibandingkan 4 Tahun Lalu
Kami berangkat dengan menumpang pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ537. Diantarkan oleh cucu kami Kevin dan istrinya Astrid. Kami duduk di kursi nomor 2 B dan 2 C.Â
Perjalanan dari Perth ke I Gusti Ngurah Ray International Airport ,membutuhkan waktu 3 jam dan 45 menit. Karena sudah mendekati tengah malam.maka kalau biasanya saya memanfaatkan waktu terbang dengan mengetik naskah,tapi kali ini ,kami berdua memilih tidur. Karena sudah terbiasa mondar mandir  dalam berbagai kesempatan melanglang buana kemana mana,maka kami bisa tidur dimana saja.Â
Baik di kereta api yang sedang melaju, maupun di pesawat yang sedang terbang di atas awan. Kami baru terbangun, ketika ada pengumuman bahwa pesawat akan mendarat dalam waktu dekat.
Turun dari pesawat dan memasuki jalur pemeriksaan imigrasi, para penumpang dibagi atas dua kelompok,yakni penumpang yang memegang paspor asing,antrian panjang di depan loket pemeriksaan imigrasi, sedangkan pemegang Paspor Indonesia, di jalur terpisah.Â
Karena penumpang dengan paspor Indonesia bisa dihitung dengan jari tangan maka kami berdua dengan bebas melenggang masuk. Hanya menjawab pertanyaan basah basi dari si Mbak Petugas yakni: "Pulang kampung ya pak? Dan kemudian ucapan: "Selamat berlibur bapak dan ibu" Â dan kami sudah berjalan menuju ke pintu keluar.
Tiba-tiba istri saya ,menarik tangan saya dan mengatakan:"Kita di jemput",sambil menunjuk ke arah seseorang yang memegang kertas bertuliskan :"Selamat datang Bu Roselina". Ya pucuk dicinta dan ulam pun tiba. Kami tidak perlu lagi mencari taksi,karena sudah dijemput dari pihak hotel Encore.Â
Penjemput kami, memperkenalkan nama:" Pande" yang sangat santun dan ramah. Maka sambil terkantuk kantuk,kami  menumpang kendaraan hotel  menuju ke Hotel Encore,yang berlokasi di Seminyak.
Jam 01.00 dini hari kami tiba di hotel dan mendapatkan kamar di lantai 3 nomor kamar 3320 .Setelah bersih bersih  diri,terus kami terlelap dalam mimpi indah.Pagi jam 6.00 ketika terbangun dan membuka gorden  jendela kamar. tampak kolam renang yang airnya membiru di bawah. Rasanya ingin menikmati sejuknya air di kolam renang tapi karena perut sudah minta di isi ,maka kami turun lobi untuk sarapan: "All you can eat".
Kalau dulu dapat kesempatan breakfast all you can eat, hmm  pasti akan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Tapi dalam usia yang menginjak ke angka 76, maka perut sudah membatasi jumlah makanan yang boleh masuk walaupun mata masih mau menikmatinya.
Nah, disini dengan biasaya yang sama dengan secangkir capucinno di Australia, mereka bisa makan sepuas puasnya. Karena itu tidak mengherankan orang Australia lebih memilih berlibur di Bali ketimbang menghabiskan uang mereka di negeri sendiri.Â
Sedang kami menikmati sarapan pagi, tiba tiba datang pak Ray, G.M dari hotel Encore menemui kami berdua. Kami kenal dengan Pak Ray sekeluarga,ketika merayakan the Golden Anniversary Wedding Day 4 tahun lalu, sewaktu pak Ray menjadi GM di Jayakarta Hotel. Kami sempat berbincang bincang beberapa menit dan kemudian Pak Ray pamitan karena banyak tugas lain.
4 Tahun tidak bertemu, ternyata Bali sudah menjadi sosok yang pesolek, cantik dan menawan hati. Saya dan istri bersyukur sudah mendapatkan kesempatan mengunjungi  5 benua di  dunia dan menurut pandangan pribadi saya, Indonesia tidak kalah dalam hal apapun dengan negeri orang!
Nah, siapa bilang Indonesia sama dengan Haiti?
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H