Dalam sebuah perusahaan selalu ada planning atau perencanaan dari pimpinan perusahaan, umumnya dan mendasar berupa penetapan pencapaian oleh perusahaan dan bagaimana strategi untuk mewujudkannya menjadi kenyataan.Â
Planning atau perencanaan perlu ditata sedemikian cermat dan teliti, karena kekeliruan dalam membuat rencana dapat mengakibatkan hancurnya sebuah perusahaan.Â
Karena  tidak seorangpun tahu apa yang akan terjadi kelak, maka sejak awal seorang pemimpin perusahaan setidaknya sudah merancang  minimal  2 perencanaan: Seandainya rencana A mengalami kegagalan maka akan segera beralih ke perencanaan B.
Plan A dan Plan B --kalau perlu memiliki Plan C-- ini sudah harus sudah dimiliki seorang pemimpin untuk membawa 'mobil' perusahaannya. Sebab, apabila seseorang pemimpin atau sebuah perusahaan hanya memiliki satu rencana atau single planning, maka bisa berdampak fatal.
Terlalu percaya diri menyebabkan orang secara gegabah mengambil risiko dengan menerapkan "Single Planning" atau Perencanaan tunggal. Salah seorang yang sudah menjadi korban adalah sahabat baik kami.Â
Ia begitu antusias dan yakin diri telah menanamkan seluruh modalnya bahkan depositonya dicairkan akibat tergoda membeli saham.
Sebagai seorang sahabat, saya sejak awal sudah mengingatkan bahwa risikonya terlalu besar.Â
Namun, walaupun sahabat, tentu kita tidak berhak mengintervensi terlalu jauh dalam keputusan bisnis yang telah dipikirkan secara matang oleh dia.
Tidak sampai satu tahun harga saham anjlok. Namun sahabat kami masih yakin bahwa harga saham yang dibelikan akan segera membaik.
Akan tetapi tahun demi tahun selanjutnya merupakan masa penantian yang sia-sia belaka.
Yang lebih parahnya deposito yang sudah sejak awal sudah disepakati bersama istrinya akan dijadikan cadangan buat hari tua ikut dicairkan tanpa sepengetahuan istrinya.