Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Terobsesi Mendapatkan Stempel "Orang Sukses"

22 November 2018   20:11 Diperbarui: 22 November 2018   21:02 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kini masih tersisa satu unit apartement yang kosong karena kami tinggal di Australia. Memang pengeluarannya tidak sebesar dengan apartemen yang sudah dijual,karena luasnya hanya separuh, namun tetap saja membutuhkan pengeluaran belasan juta untuk sesuatu yang tidak dimanfaatkan.

Enak Nggak Ya Tinggal di Apartemen?

Memang tinggal di apartement enak. Ada kolam renang,fitness  dan sauna,yang sudah termasuk dalam fasilitas kepemilikan apartement.Kalau mau berenang,handuk sudah disediakan.

Usai berenang, mereka haus atau lapar? Tinggal berjalan sekitar 30 meter, ada cafe untuk sarapan dan minum kopi Pulang malam, tidak masalah,karena tempat parkir sudah disediakan dan tinggal mengunci mobil dan terus masuk ke apartemen.

Tinggal di apartement, privasi dijamin terjaga. Tidak seorang pun bisa menerobos masuk, karena masing masing penghuni, memiliki kartu akses. Bila ada tamu, kita bisa melihat dari pesawat televisi di kamar, wajah tamu yang datang. Bila tidak dikenal atau tidak dikehendaki, cukup menelpon sekuriti dan mengatakan bahwa kita tidak bersedia menerima tamu. Nah, bagian yang tidak enaknya,adalah seperti yang saya tuliskan di atas.

Sukses Sesaat akan berdampak sangat negatif bagi kehidupan kita

Salah seorang teman bisnis saya juga membeli apartement di lokasi yang sama. Mungkin karena tidak ingin tampak sebagai orang sukses. Namun, hanya setahun, kemudian terpaksa menjual kembali,  karena tidak mampu membiayai pengeluaran apartemen. Akhirnya pulang kampung . Hal ini merupakan sebuah pukulan batin karena  dari image "orang sukses".

Namun dalam waktu singkat harus kembali pulang kampung dan tinggal di rumah sederhana. Atau, karena orang lain mondar mandir melakukan traveling keluar negeri, maka kita juga ikutan keluar negeri yang mengakibatkan "cash flow" terpakai untuk jalan jalan.

Pulang dari travelling keluar negeri, usaha mulai macet karena ketiadaan modal. Atau demi gengsi mengadakan pesta pernikahan besar besaran,namun usai pesta, usaha mengalami kemacetan karena  modal perusahaan sudah dihabiskan untuk menjaga prestise.

Karena itu ,jangan terburu buru ingin disebut orang sukses agar jangan sampai menjadi bumerang bagi diri kita. Sekali lagi, sukses itu bukanlah keberhasilan sesaat, melainkan sebuah perjalanan panjang.  

Kami melakukan traveling ,tidak dengan mencairkan deposito,melainkan menggunakan hasil dari pasive income,sehingga sama sekali tidak mengganggu uang simpanan. Semoga tulisan ini ada manfaatnya,khususnya bagi yang masih muda agar jangan terobesi untuk terburu buru mendapatkan stempel "orang sukses". Karena biaya memelihara stempel sukses itu, sangat mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun