Secara umum.terus terang adalah manifestasi dari sebuah kejujuran,yang tentu saja ,patut diapresiasi. Secara teori sangat mudah menasihati diri sendiri dan orang lain agar mau berterus terang,untuk menyatakan bahwa diri kita bukanlah orang yang plin plan. Atau seperti kata pribahasa :" Lain pulut,lain pula nasi ",yang dikiaskan pada orang yang berbicara dengan mengunakan taktik, "lips service" yang manis kedengarannya,namun sesungguhnya dalam hatinya tidak seperti apa yang dikatakannya. Â
Akan tetapi ,hidup itu tidak semudah menjelaskan tentang ilmu matematika ,yakni 2 +2 =4 atau 2X2 =4. Hidup penuh dengan pernak pernik ,yang perlu mendapatkan pertimbangan akal budi dan sekaligus pertimbangan hati. Kalau terus terang mengaku telah berbuat kesalahan dan meminta maaf,tentu meerupakan suatu hal yang patut diapresiasi.
Akan tetapi ,terus terang yang kebablasan,bisa menyebabkan melukai hati orang lain atau melukai hati kita sendiri,bahkan bisa jadi melukai kedua belah pihak. Misalnya dalam hal memberikan penilaian terhadap kinerja seseorang,maupun terus terang mengenai penampilannya.Â
Satu kalimat yang terlanjur diucapkan,saking ingin berterus terang,boleh jadi akan menyakiti hati orang seumur hidupnya. Misalnya ,ketemu sahabat lama dan kita  berterus terang, "Wah, saya sama sekali tidak mengenal anda lagi,karena wajah dan penampilan anda sudah seperti kakek kakek usia 80 tahun".
Walaupun mungkin yang kita katakan adalah sebuah kenyataan,bahwa tampangnya memang sangat menyedihkan,namun pasti ,satu kalimat yang terlontar dari mulut kita,akan bagaikan sebuah tombak yang menghujam kedalam hatinya.
Kembali ke Topik Tulisan
Sore ini, ketika duduk santai sambil membuka laman album kenangan lama,tiba tiba pandangan mata saya terhenti pada sebuah wajah,yakni wajah dari cucu sahabat saya yang sudah almarhum, Namanya Laila. (bukan nama sebenarnya). Yang sekeluarga, sejak dari kakek neneknya,hingga ayah bundanya kami kenal baik dan dulu saling berkunjung.Â
Bahkan sejak kakeknya meninggal,Laila semakin sering berkomunikasi pada saya via WA. Bercerita tentang pekerjaannya,tentang gangguan kesehatannya,yang sudah mulai membaik. Bahkan hingga hal hal yang bersifat pribadi,diceritakan ,karena sudah menganggap  saya sebagai pengganti kakeknya yang sudah tiada.
Sebaiknya Terus Terang atau Didiamkan Saja?
Suatu hari Laila,mengirim pesan panjang lebar.Kali ini tidak lagi melalui pesan pesan di WA,melainkan masuk ke email saya. Intinya ,Laila sudah menemukan pria idamannya dan  pria tersebut sudah sangat serius ingin menikahinya.Â
Bahkan sudah diperkenalkan kepada keluarga.Tentu saja,kami juga ikut berbahagia,karena Laila sudah menemukan  jodohnya seorang pria yang  menurut Laila ,bukan hanya ganteng, tapi sudah mapan.
Tapi ada pertanyaan Laila,yang tidak secara serta merta dapat saya jawab,yakni :"Opa,menurut Opa apakah sebaiknya saya ceritakan tentangpenyakit yang saya derita walaupun sudah mulai membaik,kepada calon suami saya atau saya diamkan saja?"
Sungguh saya tidak mampu secara serta merta menjawabnya,karena menyangkut kehidupan seseorang Dan orang itu adalah putri sahabat baik kami,yang sebelum meninggal  menitip pesan,agar memperhatikan cucu kesayangannya.yakni Laila.Karena itu,saya hanya  memberikan pandangan sebagai berikut :
- Kalau didiamkan,seandainya setelah menikah,suaminya tahu bahwa Laila adalah penderita  penyakit lupus,maka tentu ia merasa dibohongi..Pria manapun di dunia ini,tentu tidak akan senang,bila merasa ada sesuatu yang disembunyikan dari dirinya.
- . Kalau Laila berterus terang,bukannya tanpa resiko.karena boleh jadi setelah mendengarkan tentang penyakit yang diderita Lalla,bisa jadi pikirannya berubah dan rencana pernikahan mereka menjadi batal.
Sebuah Pilihan Teramat Sulit Bagi Laila
Pada awalnya,saya yakin,kalau calon suaminya sungguh sungguh mencintai Laila,maka mungkin saja ia akan terkejut mendengarkan pengakuan Laila,tentang penyakit yang dideritanya.
Namun pasti tidak akan tega membatalkan pernikahan mereka,hanya karena  Laila menderita suatu penyakit. Namun  keputusan saya serahkan sepenuhnya kepada Laila dan menyarankan,agar sebelum mengambil keputusan,sebaiknya bicarakan hal ini kepada kedua orang tuanya,yang lebih berkompeten dalam hal ini.
Ternyata,ayah dan bundanya,menyarankan agar Laila berterus terang,dengan pesan,: "Jangan mengawali pernikahan dengan menyembunyikan sesuatu " begitu pesan kedua orang tuanya,yang tampaknya,juga memiliki keyakinan yang sama,seperti saya,yakni bahwa calon mantunya akan menerima putrinya ,apa adanya.
Mimpi Buruk Itupun Tiba
Ternyata,setelah Laila berterus terang kepada calon suaminya,pria tersebut hanya terdiam dan kemudian pamitan  pulang. Dua hari kemudian menyurati Lalia ,yang isinya :" Laila,dengan berat hati aku harus mengatakan kepadamu,bahwa kedua orang tuaku,sudah lama ingin mengendong seorang cucu.Â
Dengan kondisi menderita gangguan penyakit,kami tidak mungkin akan melahirkan bayi yang sehat  .Aku sesungguhnya sangat mencintaimu,namun disisi lain,aku tidak ingin mengecewakan wanita yang telah melahirkan diriku,yakni ibuku sendiri."
Sejak menerima penolakan tersebut,kondisi Laila langsung ambruk.Saya merasa serba salah dan menelpon orang tuanya.Namun kedua orang tuanya mengatakan,bahwa justru merekalah yang mendorong, agar Laila berterus terang,karena tidak ingin putrinya mengawali pernikahan yang suci,dengan menyembunyikan  sesuatu dari calon suaminya.
Saya sempat berbicara dengan Laila,namun ia sudah tidak mampu lagi berkata kata,yang terdengar hanyalah tangisannya .. Seminggu setelah kami kembali ke Australia,kami mendapat pesan dari ayahnya,yang mengatakan, "Kita ikhlaskan Laila ya pak. Maafkan kalau ada kesalahannya.Subuh tadi Laila sudah berpulang"
Hari ini genap satu tahun Laila tiada. Pesan-pesannya di WA  masih utuh tersimpan. Terus terang yang berakibatkan  Laila tidak akan pernah lagi mengenakan gaun pengantinnya..
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H