Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyebab Terbesar Kegagalan adalah Tidak Konsisten pada Cita-cita Awal

6 November 2018   18:26 Diperbarui: 6 November 2018   19:36 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang sukses meraih cita cita hidupnya,bukanlah orang orang hebat, melainkan  orang biasa biasa saja,namun memiliki tekad yang luar biasa,serta selalu konsisten pada cita cita awal.

Orang hanya mampu menjaga konsistensinya,bilamana memiliki kemampuan untuk disiplin diri. dan tidak gampang terombang ambing .Banyak orang tidak pernah berhasil menjadikan impiannya,menjadi sebuah kenyataan,karena gampang tergoda dan mengalihkan perhatiannya  kepada hal lain,yang sesungguhnya bukan tujuan awal.

Sebagai contoh sederhana. masih banyak orang yang sudah bekerja keras,bukan hanya dalam hitungan tahun,melainkan sudah berpuluh tahun,namun masih tetap menyewa rumah atau masih tinggal dirumah orang tua atau mertua.

Godaan yang paling  sering mampu membobol pertahanan diri, adalah membeli barang barang yang sesungguhnya,cuma gengsi ,agar tidak ketinggalan dari orang lain.

Tetangga bei tv baru.,maka istri langsung melapor kepada suami,bahwa tetangga yang status sosialnya dibawah mereka,sudah mampu menganti pesawat televisinya. Maka tanpa pertimbangan yang matang, langsung main beli. Kemudian baru terkumpul sejumlah uang, yang rencananya  mau ditabungkan untuk membangun rumah sendiri,akhirnya bobol lagi,karena tergoda untuk mengganti sepeda motor butut dengan yang baru.

Ibu-ibu PKK, ramai ramai sepakat untuk berdarmawisata keluar negeri,maka agar jangan sampai dianggap tidak mampu,lalu orang tergoda untuk iktu serta. Dengan pemikiran: "Nggak apa apa ,uang tabungan digunakan, nanti dicari lagi". Maka kejadian seperti ini berlangsung dari tahun ketahun.

Begitu ada uang yang terkumpul.maka godaan untuk membeli ini dan itu,muncul begitu kuatnya,sehingga jarang yang mampu bertahan.Tanpa terasa,semakin hari usia semakin bertambah dan baru sadar ,bahwa pada usia yang sudah menua,rumah masih belum dimiliki. 

Penyesalan Biasanya Selalu Datang Terlambat

Kalau punya mobil pribadi,tentu akan jauh lebih enak,karena kemana mana,bisa mengunakan kendaraan sendiri,untuk jalan jalan,maupun keperluan pribadi Tapi tanpa ada kendaraan,kita masih bisa naik taksi atau ojek. Yang paling berat dirasakan adalah hingga memasuki usia pensiun, rumah masih mengontrak.

Kalau pada waktu masih  aktif,membayar uang kontrakan,mungkin tidak terlalu terasa,namun  setelah pensiun,maka betapapun berusaha untuk melapangkan hati,tetap saja akan menjadi beban pikiran, bahwa setiap tahun, harus membayar uang kontrak rumah.

Bila tidak mampu membayar,apapun alasannya, maka Pemilik Rumah akan memberikan ultimatum. Bayangkan bila kita tergeletak sakit dan sementara kontrak rumah belum dilunasi,bagaimana rasanya perasaan kita ? Yang namanya :"diusir " sangat menyakitkan,walaupun menggunakan kata kata :"Maaf" Karena itu,jangan pernah menunggu hingga segala sesuatu menjadi terlambat. 

Coba bayangkan,bila usia sudah 60 tahun,apakah ada bank yang mau memberikan kita kredit kepemilikan rumah? Atau dalam usia 60 tahun, apakah ada orang yang mau  memperkerjakan diri kita,bilamana tidak ada skill khusus?

Fokuslah Pada Tujuan 

Ibarat mengemudikan kendaraan,betapapun tergodanya untuk melihat keramaian yang ada dikiri kanan jalan,namun kita selalu mengingatkan diri kita, agar jangan lengah dan gagal fokus. Karena bila gagal fokus, maka akibatnya bisa memicu terjadinya kecelakaan dan kita tidak pernah akan sampai ketempat tujuan.Hal ini berlaku juga dalam perjalanan hidup untuk mencapai cita cita awal.

Rencana untuk memiliki rumah sendiri,tidak  pernah,menjadi kenyataan,karena orang sering gagal fokus dan tidak konsisten dengan tujuan awal.

Perlu Disiplin Diri yang Ketat

Perlu disiplin diri yang ketat,agar bisa menabung terus dan tidak tergoda mencairkan tabungan kita,hanya karena ingin tampak bergensi atau hanya karena tidak mau merasa kalah dengan orang lain.Berani mengatakan tidak,kepada diri sendiri dan keluarga,untuk hal hal yang tidak ada manfaatnya.

Untuk mengantisipasinya ,kita perlu membuat catatan, mana yang perlu dinomor satukan dan mana yang menempati urutan kedua dan ketika serta selanjutnya.

Menghentikan pengeluaran untuk membeli barang tak tidak merupakan kebutuhan pokok,apalagi yang merugikan,seperti :"merokok,minum bir atau wine,gonta ganti HP model baru.,sepatu dan pakaian branded dan seterusnya. jangan lupa,bahwa kebocoran diawali dengan kebocoran kecil ,namun karena dibiarkan,maka akan merembes dan bisa menghancurkan semuanya.

Seperti kata pribahasa:" Kita adalah Perancang atas nasib kita masing masing" Dan tak kurang pentingnya adalah :" Kerja keras dengan ototo ,hanya akan menjadikan kita kuli seumur hidup.Yang harus dilakukan adalah kerja keras dan cermat

Ditulis berdasarkan pengalaman hidup pribadi,semoga ada manfaatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun