Misalnya, saya bercerita dan menampilkan foto saya, bersama Presiden Soeharto diIstana Merdeka. Atau bersama Presiden Joko widodo, dalam acara makan bersama di istana dan acara makan bersama menteri perdagangan, sewaktu saya masih pengusaha,tentu boleh boleh saja. karena semuanya memang benar, bukan khyalan.Â
Tapi bilamana dalam setiap pembicaraan, selalu mengulang ulangi nya, maka orang yang mendengarkan, bukannya terkagum kagum, melainkan malahan mual mual dengar cerita yang itu itu juga. Karena itu, jadilah diri kita sendiri, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada di dalam diri kita. Hal ini adalah jauh lebih terhormat, ketimbang ingin menjadi diri orang lain, kendati sosok yang menjadi idola kita adalah tokoh penting dalam masyarakat.
Biarlah Orang Yang Mengangkat Diri Kita Bilamana Memang Layak
Kalau diri kita memang layak dijadikan tokoh ataupun memang sosok yang pantas dihormati dan didahulukan, maka biarkanlah orang lain, yang memberikan penghargaan tersebut kepada diri kita. Jangan sampai kita menyodor nyodorkan diri sebagai orang terhormat, apalagi sampai menobatkan diri sendiri, sebagai tokoh masyarakat. Rasa hormat itu, terlahir dari dalam lubuk hati orang lain, bukan kita yang memaksa orang untuk mengutamakan diri kita.
Begitu juga ketika diundang menghadiri pertemuan,hindari duduk ditempat VIP, karena mungkin dalam komunitas kita, diri kita adalah orang penting,tapi didalam komunitas orang lain, kita hanyalah tamu biasa. Jangan sampai, karena terlalu percaya diri  dan langsung mengambil tempat duduk di barisan VIP, terus diminta pindah karena sudah diperuntukkan bagi orang lain, tak terbayangkan mau di taruh di mana wajah kita?
Kesimpulannya adalah: "Jadilah diri sendiri"
Tjiptadinata Effendi