Begitu juga yang domisili di Padang Panjang, Bukittinggi, Payahkumbuh dan lain lainnya. Jadi kalau ada yang secara gegabah mengangkat diri sebagai: "tokoh etnis Tionghoa", sangat kentara bahwa dirinya sama sekali tidak tahu seluk beluk komunitas dari etnis Tionghoa.Â
Karena itu, sejak zaman penjajahan hingga zaman kemerdekaan, tidak seorangpun dari etnis Tionghoa Padang yang berani mengangkat dirinya sebagai wakil orang Tionghoa Padang.
Perlu Kontrol Diri
Karena itu, sebelum semuanya terlanjur basah dan berakibatkan masalah yang berbelit belit, sebaiknya sedini mungkin, kita membatasi diri. Dalam menyampaikan asprasi, mengundang komunitas lain, memberikan saran, kritikan, bahkan mungkin tuntutan, gunakanlah identitas pribadi dengan tidak membawa bawa etnis,agama maupun kelompok tertentu, kecuali kalau memang mendapatkan mandat untuk itu..
Hal ini merupakan hal yang sangat penting, demi untuk menghindari berbagai kesalah pahaman. Jangan bersembunyi dibalik agama, maupun etnis, untuk menyampaikan rasa tidak puas ataupun kritikan. Berlakulah satria dan katakanlah "saya tidak setuju" atau "saya menuntut atau saya akan memperkarakan". Walaupun kelak kalah dalam berperkara, tapi orang akan tetap menghargai kita, ketimbang bersembunyi di balik nama: rakyat, etnis, maupun agama atau komunitas, Terlepas dari masalah politik, hal ini berlaku dalam semua sektor kehidupan, selama kita berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat.Â
Bersahabat dengan PejabatÂ
Kita dengan bebas boleh berteman, bahkan bersahabat dengan seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari pemulung, tukang becak, sopir angkot hingga orang orang penting dan merupakan tokoh atau Pejabat penting.Â
Tapi ada hal yang sangat perlu kita ingat, bahwa bersahabat dengan orang penting ,maupun pejabat tinggi,tidak secara serta merta, kita ikut menjadi orang penting. Kita adalah tetap diri kita.Â
Kalau kita berjalan bersama sama dan dihormati disepanjang jalan atau diberikan tempat utama dalam undangan, jangan lupa, semuanya bukan untuk kita. Diri kita, hanya kebagian bisa dari rasa hormat masyarakat kepada sang pejabat atau orang penting.
Jangan Sampai  Lupa Diri
Sadar diri kita siapa, sehingga tidak ikut melambung, ketika mendapatkan kesempatan, berfoto dengan pejabat penting, bahkan mungkin juga foto bareng dengan presiden. Boleh boleh saja kita berbangga diri, karena tidak banyak yang dapatkan kesempatan seperti itu. Tapi tetap sadar diri,bahwa siapa diri kita sesungguhnya. Dengan selalu sadar diri, maka kita dapat menghindari, dipermalukan atau jadi bahan olok olokan bagi orang lain.